Pengembangan proyek infrastruktur besar-besaran dilakukan oleh pemerintah ke area bagian barat dan timur dengan pusatnya di Kota Jakarta sebagai magnet untuk aktivitas bisnis maupun perekonomian. Pengembangan ke bagian barat-timur ini disebut juga koridor barat dan koridor timur.
Ada beberapa kelebihan yang ditawarkan dari area koridor barat yaitu secara lokasinya yang paling dekat dengan Jakarta selain pengembangan proyek infrastruktur dilakukan lebih awal dibandingkan koridor timur. Hal itu yang memicu perkembangan wilayah ini lebih cepat dengan sarana sekelas kota, fasilitas lengkap, hingga saat ini kawasannya yang semakin matang.
Bisa dilihat, beberapa dekade terakhir perkembangan area koridor barat sangat pesat yang memicu harga properti semakin tinggi. Pengembangan banyak kota mandiri ataupun township oleh pengembang nasional di wilayah ini memberikan dampak lain yang terus mendorong berbagai potensi khususnya value produk properti yang terus meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pengamat properti Panangian Simanungkalit, kian banyak pengembang yang menggarap suatu kawasan akan membuat kawasan itu semakin berkembang. Situasi ini bisa terjadi karena semua pengembang akan mengoptimalkan pengembangan produknya dengan inovasi supaya berbeda dengan produk pesaing dan mempromosikan kawasannya untuk mendorong penjualan.
"Semuanya membangun dan menawarkan produk hingga berpromosi besar-besaran secara bersamaan dan itu sangat positif untuk kawasannya. Itu yang membuat area koridor barat khususnya di wilayah Serpong menjadi seperti sekarang dan perkembangan itu belum akan berhenti sehingga membuat kawasannya masih akan terus berkembang," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (24/10/2023).
Koridor barat dikembangkan banyak township seperti BSD City, Alam Sutera, Bintaro Jaya, hingga Kota Gading Serpong seluas 2.000 ha yang dikembangkan oleh Summarecon Agung dan Paramount Land. Bila ditarik hingga ke wilayah barat yang lebih jauh ada Lippo Karawaci, Paramount Petals, Citra Raya Cikupa, Tangerang New City, dan sebagainya.
Perkembangan ini akan terus berlanjut seiring berbagai proyek infrastruktur yang saat ini masih terus didorong pembangunannya. Hal itu tentunya akan menjadi potensi hingga instrumen investasi yang menarik terkait value produk properti yang akan terus meningkat di kawasannya.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, area koridor barat pernah mencatatkan peningkatan harga yang sangat tinggi khususnya pada periode 2009-2012 yang bisa mencapai tiga kali lipat dalam setahun. Situasi bisnis properti yang melemah ditambah pandemi COVID-19 beberapa tahun terakhir tidak membuat harga properti di wilayah ini juga anjlok.
"Infrastruktur dan banyaknya pengembang proyek properti membuat pertumbuhan harga masih bisa berjalan dengan baik. Selain itu, koridor barat juga memiliki keunggulan economic based-nya sudah sangat berkembang khususnya kegiatan perdagangan hingga saat ini menjadi pusat lifestyle bukan hanya untuk kawasan Jabodetabek tapi lebih luas dari itu. Situasi ini akan terus berlanjut dari Serpong ke Cikupa, Bitung, Balaraja, Tigaraksa, dan seterusnya," katanya.
Sementara itu menurut Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, kawasan Serpong dan sekitarnya termasuk wilayah Gading Serpong yang terus berkembang hingga saat ini telah menjadi kawasan untuk properti elit dengan produk-produk properti yang dikembangkan sudah menyasar segmen menengah ke atas bahkan premium (luxury).
"Itu yang membuat harga tanah di kawasan seperti Serpong khususnya di township BSD City, Alam Sutera, maupun Gading Serpong itu yang paling mahal dibandingkan kota maupun wilayah-wilayah penyangga Kota Jakarta lainnya. Lengkapnya infrastruktur dan fasilitas di kawasan ini membuat masyarakat menjadikannya sebagai pilihan utama untuk area hunian tapi karena harganya yang semakin tinggi dan tidak sesuai daya beli akhirnya bergerak ke arah Karawaci, Cikupa, dan seterusnya," bebernya.
Terkait harga ini juga sesuai dengan riset Rumah.com yang menyebut harga kaveling komersial di area Gading Serpong telah menyentuh Rp 18,5 juta hingga Rp 30 juta per meter persegi (m2). Gading Serpong juga memiliki poin yang lebih tinggi terkait peningkatan harga selama periode tiga tahun terakhir mencapai 24,5 persen dibandingkan Tangerang Selatan 11,5%, Kabupaten Bogor 8,5%, dan Depok 7,5%.
Situasi ini dipicu oleh ketersediaan tanah yang semakin terbatas sementara populasi yang terus meningkat ditambah kalangan komuter. Pengembangan kawasannya khususnya di Gading Serpong telah dilakukan dalam jangka waktu yang panjang hingga berkembang menjadi kota mandiri yang sangat lengkap.
Secara alami, situasi ini akan merangsak ke area lain dan ke depan akan berkembang dengan pola yang sama. Hal itu yang memicu pengembang Paramount Land menghadirkan township baru Paramount Petals di Jalan Raya Curug, Kabupaten Tangerang.
Konsep pengembangannya mengikuti perkembangan organik di Gading Serpong dan itu terbukti dengan tiga klaster perumahan pertama yang dikembangkan harganya bisa naik mencapai 100% dari pertama dipasarkan hingga diserahterimakan.
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain. Baik itu berkaitan dengan hukum, konstruksi, pembiayaan dan lainnya, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan kamu via email ke tanya@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.
(abr/zlf)