.webp)
Tiga mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI), Alya Widha Aurellia, Bimantyo Ganggas Ihsani, dan Risma Fitriyanti membuat konsep rumah 'Separo' untuk menyiasati keterbatasan lahan yang ada.
Nama 'Separo' sendiri diambil dari istilah yang berarti setengah. Konsep rumah ini menerapkan pembangunan vertikal bertahap atau rumah tumbuh, sehingga dapat diubah sesuai dengan kebutuhan penghuni rumah.
Rumah ini didesain pada lahan 60 meter persegi (m2) dengan luas bangunan 114,75 m2. Adapun rumah tersebut menggunakan konsep split level.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalamnya, terdapat berbagai ruangan. Misalnya, pada bagian basement atau ruang bawah tanah ada dapur, ruang makan, dan kamar mandi. Sebagai informasi, basement di sini ditujukan untuk ruang memasak makanan yang memudahkan penghuni rumah membawanya ke bagian garasi tempatnya berjualan.
Pada lantai 1 ada warung usaha, garasi atau tempat jualan, ruang tamu, dan ruang keluarga. Sementara pada lantai 1,5 ada kamar utama (2 orang), kamar mandi, dan balkon.
Lalu pada lantai 2 ada kamar anak (2 orang) dan balkon. Sementara itu, pada lantai 2,5 ada ruang keluarga dan balkon. Pada lantai 3 ada kamar anak (2 orang) dan balkon.
 Rumah Separo/Dok. Istimewa Foto: Dok. Istimewa |
"Sehingga dengan 3 kamar yang kami ajukan bisa sekitar 6 anggota keluarga yang hidup, namun disesuaikan lagi. Jika ruang keluarga dianggap cukup, maka bisa membangun 4 kamar, sehingga 8 orang anggota keluarga bisa hidup. Namun balik lagi disesuaikan dengan kebutuhan anggota keluarga yang bertambah," kata Alya kepada detikcom, ditulis Kamis (19/10/2023).
Menurut Alya dan kawan-kawan, konsep rumah seperti ini belum ada yang menerapkan. Maka dari itu, hal ini dinilai menjadi salah satu poin plus pada desain rumah 'Separo'.
Jika belum ada yang menerapkan konsep rumah seperti itu, apakah bisa diterapkan di Indonesia?
Menurut Alya dan tim, konsep rumah ini bisa saja diterapkan di Jakarta maupun di Indonesia. Namun, ada penyesuaian berupa bagian basement yang dihilangkan karena membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk membuat basement.
"Menurut kita buat diterapin di Jakarta atau di Indonesia sendiri mungkin sebenarnya part basement-nya bisa dihilangin karena (bangun) part basement itu sebenarnya butuh uang yang banyak karena untuk mengeruk tanah dan bikin basement. Dan itu bisa dua kali lipat (biayanya) dari kita bikin lantai dua," tutur Alya kepada detikcom, ditulis Kamis (19/10/2023).
"Jadi ini mungkin sebenarnya bisa banget diterapin di Indonesia. Apalagi buat keluarga-keluarga yang punya rencana keluarganya bertumbuh, kayak bakal punya anak lagi atau kayak bakal tinggal bareng orang tua atau dua keluarga bakal tinggal di satu rumah itu bisa banget. Tapi mungkin bagian basement bisa dihilangin dan bikin dapur di lantai atasnya aja," sambungnya.
Terkait dengan ketinggian rumah, hal itu bisa disesuaikan dengan aturan pembangunan rumah di daerah masing-masing. Adapun, konsep rumah bisa dibangun di lahan miring, namun perlu ada beberapa penyesuaian.
"Yang kita desain ini sebenarnya site-nya di lahan datar, jadi kalau mau ditempatkan di site yang ada tingkat kemiringannya mungkin ada perlu adjustment juga. Mungkin di site yang miring pondasinya berbeda, jadi pasti berbeda sih dari segi strukturnya," ujar Risma.
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan kamu via email ke tanya@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.
(abr/zlf)
