Ratusan rumah di kompleks perumahan Perum Karawang Baru tampak mengenaskan dengan kondisi yang dalam keadaan terbengkalai bak kota mati. Terdapat banyak retakan, dipenuhi dengan lumut bahkan sampai ada yang ambruk.

Perum ini seperti urban legend bagi masyarakat Karawang dan banyak yang membicarakan di media sosial karena termasuk dalam jajaran kota mati di Indonesia. Inilah perumahan yang dijuluki sebagai 'Kota Mati Tommy Soeharto'

Dilansir dari detikjabar, Kamis (19/10/2023), lokasi Perum Karawang Baru berada di Desa Karang Anyar, Kecamatan Klari. Kini, perumahan tersebut berisi jajaran rumah kosong tidak berpenghuni dengan kondisi retak dan berlumut.

Beberapa konten kreator bahkan juga mendatangi lokasi terbengkalai ini sebagai lokasi wisata angker untuk membuat konten horor. Tidak hanya itu, ada juga yang memakai salah satu bangunannya sebagai spot foto pre wedding.

Menelusuri perumahan tersebut, ternyata di dalam Perum Karawang Baru masih ada beberapa orang yang menempatkan rumah di salah satu blok-blok perumahan meskipun hanya satu RW (Rukun Warga).

Seorang tokoh masyarakat yang juga merupakan Direktur Kesekretariatan DPD KPLHI (Komite Peduli Lingkungan Hidup Indonesia), Dodon Albantani memberikan pernyataannya mengenai perumahan tersebut. Menurut keterangannya, Perum Karawang Baru sebelumnya adalah sebuah lahan kebun karet.

"Kebetulan saya lahir di sini, dan orang tua pernah bekerja di sini sebagai pekerja perkebunan karet pada tahun 1991. Jadi dulu itu lahannya milik PTPN 12 dengan luas kalau tidak salah 1.200 hektar," jelas Dodon.

Namun, dua tahun kemudian, kebun karet ini telah diambil alih dan diubah menjadi kawasan industri termasuk perumahan. Tempat tersebut telah dikuasai oleh empat perusahaan yang merupakan milik anak Presiden Soeharto, Tommy Soeharto.

"Jadi pada masa Orde Baru, lahan perkebunan ini tidak tahu mengapa bisa dikuasai oleh 4 perusahaan milik keluarga Cendana, atau Tommy Soeharto namanya itu PT Hutomo Mandala Putra, PT Graha Jati Indah, PT Adiyesta Cipta Tama, PT Sentra Bumilokatama," tambahnya.

Kemudian pada periode tahun 1993 hingga 1997, kawasan ini resmi dijadikan industri mobil Timor yang dibangun oleh PT Hutomo Mandala Putra. Perusahaan ini juga membangun perumahan Perum Karawang Baru sebagai tempat tinggal para pegawai.

Sayangnya, proyek ini terkena masalah pembayaran pajak pada tahun 1998, tepat saat Orde Baru tumbang.

Tetapi sangat disayangkan pada tahun 1998 tepat saar Orde Baru tumbang, pengelolaan perumahan ini dihadapi dengan masalah pembayaran pajak.

"Jadi pada era reformasi ditinggal sama developer dan ternyata dari tahun 1993 pajaknya tidak terbayar," ujar Dodon.

Setelah itu, pada tahun 2015 adanya pencabutan Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Guna Bangunan (HGB) dan akibatnya terjadi penjarahan, di mana penghuni dan penjaga keamanan mulai meninggalkan kawasan tersebut. Itulah kenapa perumahan ini hingga kini disebut sebagai kota mati.