Belum lama ini Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD meminta kepada pihak Pontjo Sutowo untuk segera membebaskan lahan tempat berdirinya Hotel Sultan di kompleks Gelora Bung Karno (GBK) sebagai bentuk penyelamatan terhadap aset negara.

"Ini sebagai momentum untuk menjelaskan kepada publik bahwa negara memberi tugas kepada semua pejabat terkait untuk bersama menyelamatkan aset negara, yang selama ini dikuasai oleh pihak swasta," kata Mahfud dalam keterangan resmi Kementerian ATR/BPN awal September lalu.

Pernyataan tersebut merupakan buntut sengketa Hak Guna Bangunan (HGB) milik PT Indobuildco dengan Hak Pengelolaan (HPL) milik Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) di atas lahan yang sama.

Imbas beredarnya kabar perihal sengketa tersebut, Vice President Operation Hotel Sultan Jakarta Nyoman Sarya menjelaskan, saat ini operasional hotel mulai terganggu.

Kunjungan Hotel Menurun

Nyoman menuturkan, sejak masalah ini muncul di media pada Maret-April, pihaknya sudah mulai merasakan ada dampak pada operasi.

"Sebagai contoh, Hotel Sultan sebenarnya adalah salah satu Offical Hotel untuk kegiatan FIBA World Cup, Kejuaraan Dunia Basket yang diadakan di Kompleks GBK. Waktu itu sudah ada booking, namun belakangan mereka minta ada semacam garansi bahwa hotel tetap beroperasi. Kami sudah kirimkan surat garansi tersebut, namun pada akhirnya tetap dibatalkan booking-nya. itu pertama yang cukup besar," bebernya mengisahkan.

Berikutnya, lanjut dia, perhelatan yang cukup besar adalah KTT Asean.

"Tim sales kami cukup agresif melakukan komunikasi dengan Pemerintah. Di sini kami terima informasi agar tidak memilih Hotel Sultan. Dan itu memang terjadi," sambung dia.

Bukan hanya itu, lembaga yang sering menggunakan Hotel Sultan sebagai venue acara, lanjut Nyoman, juga mulai membatalkan pesanan mereka.

"Ini juga ada event yang dari institusi yang biasanya menggunakan hotel sultan, juga dibatalkan. Harusnya hari ini mereka mulai Check-In, tapi kemarin sore mereka kasih pemberitahuan kalau dibatalkan. Dan ini cukup besar pengaruhnya. Kalau kita prosentase kurang lebih 20-25% penurunannya," tegas dia.

Penutupan Akses Masuk

Selain penurunan jumlah pengunjung atau tamu, Nyoman juga menjelaskan bahwa saat ini ada kesulitan bagi supplier maupun calon tamu untuk mengakses area hotel. Ini terjadi lantaran akses dar sisi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Jenderal Gatot Soebroto yang sudah ditutup.

"Dampak yang juga terasa adalah penutupan akses di depan hotel. Dimana itu menjadi akses utama. Baik dari Sudirman maupun dari Gatot Soebroto," jelasnya.

"Nah ini tentu sangat mempengaruhi operasional kami. Dimana kami harus memberikan penjelasan-penjelasan kepada supplier dan customer kami. Karena memang ada kerumitan untuk masuk ke Hotel Sultan ini," sambung dia.

Berkenaan dengan penutupan akses, Nyoman mengatakan bahwa pihak operasional hotel sudah bersurat kepada PPKGBK agar akses tersebut kembali dibuka.

"Kami sudah mengirimkan surat juga dari operasional hotel kepada PPKGBK, memohon agar akses tersebut bisa dibuka, namun ternyata surat tersebut belum mendapat tanggapan. Hingga hari ini akses tersebut masih ditutup sehingga betul-betul menyulitkan operasional kami," jelasnya lagi.

Karyawan Galau

Kondisi-kondisi tersebut menimbulkan keresahan bagi kalangan pengunjung yang sudah jauh-jauh hari memesan ara hotel baik untuk menginap, maupun mereka yang hendak menyelenggarakan acara atau kegiatan di hotel tersebut.

"Intinya ini mengkhawatirkan custommer, bahkan ini ada yang punya wedding di bulan November. Ini sudah mempertanyakan juga bagaimana acara kami. Karena rencananya kami ada wedding expo," tutur dia.

Juga yang tidak kalah penting, tegas Nyoman lagi, adalah dampak bagi karyawan Hotel Sultan.

"Karyawan kami mempunyai perasaan galau atau gelisah. Namum kami instruksikan ke seluruh jajaran agar tetap fokus kepada operasional agar melayani tamu kita. Baik yang menginap di hotel sultan maupun yang ada acara, event apapun di Hotel Sultan," tutup dia.