Sebelumnya, detikProperti telah membahas mengenai budaya negara Barat, termasuk Amerika Serikat, memakai sepatu di dalam rumah. Berbeda dengan orang Barat, orang Asia terbiasa 'nyeker' di dalam rumah. Kenapa, ya?
Praktik 'nyeker' atau bertelanjang kaki alias nggak memakai alas kaki di dalam rumah adalah sesuatu yang umum di seluruh Asia. Rak sepatu sering kali ditempatkan di pintu masuk atau di luar rumah, bukan di dalam lemari pakaian kamar tidur, seperti di beberapa bagian dunia lainnya.
Pada umumnya, praktik ini bertujuan untuk menjaga kebersihan lantai rumah. Tradisi ini berasal dari masa ketika jalan-jalan dan trotoar di Asia sangat kotor dan penuh debu. Mengingat kondisi tersebut, orang-orang Asia terbiasa 'nyeker' di dalam rumah untuk mencegah masuknya kotoran dan debu yang tidak diinginkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir South China Morning Post, Minggu (17/9/2023), dalam beberapa budaya Tionghoa, melepaskan sepatu di dalam rumah dianggap sebagai cara untuk menghindari membawa 'ketidakberuntungan' ke dalam rumah.
"Ketidakberuntungan" di sini adalah metafora untuk kuman dan bakteri yang bisa kita bawa dari luar ruangan ke dalam rumah. Oleh karena itu, mengenakan sepatu luar ruangan di dalam rumah dianggap sebagai tindakan yang membawa risiko.
Namun, tahu nggak kalau ada alasan lain, loh, kenapa kebiasaan ini terjadi?
Evolusi Lantai di Rumah-Rumah Asia
Ternyata budaya 'nyeker' di dalam rumah berkaitan pula dengan evolusi lantai di negara-negara Asia, seperti Hong Kong.
Di awal perkembangan Hong Kong, salah satu negara di Asia, lantai dasar rumah biasanya diplester dengan batu atau papan kayu yang diimpor. Kayu tersebut berasal dari Asia Tenggara dan menjadi salah satu alasan mengapa melepaskan sepatu di rumah-rumah Hong Kong menjadi sangat penting.
Asia Tenggara menjadi sumber utama impor kayu tersebut, dengan sebagian besar melalui British North Borneo Company yang didirikan pada tahun 1881.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan kayu padat berkurang dan digantikan oleh lantai parket vernis. Material ini awalnya diperkenalkan untuk memberikan efek kayu yang bergaya pada lantai beton yang sejatinya bersifat utilitarian di gedung-gedung apartemen pasca-perang. Material ini menjadi begitu umum hingga hampir tidak terlihat lagi.
Beragam Pilihan Material Lantai
Selama berbagai periode waktu, pemilihan material lantai di Hong Kong sangat dipengaruhi oleh pertimbangan praktis. Dari akhir abad ke-19 hingga tahun 1930-an, ubin lantai encaustic berpola Inggris diekspor ke seluruh daerah tropis.
Pemulihan pasca-perang di Hong Kong menyaksikan kehilangan sebagian besar material lantai ini ketika gedung-gedung yang pernah memilikinya dibongkar. Namun, beberapa contoh tetap bertahan hingga hari ini, seperti di koridor terbuka di Main Building Universitas Hong Kong yang dibangun pada tahun 1910-1912. Ubin encaustic juga dapat ditemukan dalam arsitektur perumahan dan komersial di seluruh Asia Tenggara dan pelabuhan perdagangan Tiongkok.
Kesimpulan
Praktik melepaskan sepatu di rumah dan pemilihan material lantai merupakan bagian penting dari budaya dan sejarah di Hong Kong dan Asia secara umum. Ini mencerminkan perubahan zaman, pertimbangan praktis, dan keyakinan budaya yang mendalam. Walaupun tradisi ini terus berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu, ia tetap menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari di banyak rumah-rumah di Asia.
(dna/dna)