Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut produk mebel dan kerajinan tangan Indonesia masih kalah saing dengan negara Asia lainnya, seperti China, Malaysia dan Vietnam. Bahkan, Indonesia berada di ranking 17 dunia untuk pasar mebel, dan ranking 4 di Asia, masih kalah dari China, Vietnam, dan Malaysia.
Adapun, dari potensi pasar Mebel US$ 766 miliar, Indonesia hanya berkontribusi US$ 2,8 miliar pada 2022. Hal ini, menurut Jokowi masih sangat kecil.
"Artinya masih sangat kecil sekali. Indonesia ranking 17 (global), di bawah ranking Vietnam yang ke-2 dan Malaysia yang ke-12. Padahal bahan baku dan sumber daya kita sebetulnya sangat siap. Saya ingat pada tahun 1990-an, kalau pameran di luar, Jerman, Prancis, kita tuh kelihatan merajai, sekarang kok bisa jadi nomor 17," ujarnya dalam Opening Ceremony IFFINA Indonesia Meubel and Design Expo 2023 di ICE BSD, Tangerang, Kamis (14/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ada hal yang harus diperbaiki, yaitu Indonesia harus mulai berpartner atau berkolaborasi dengan negara lain.
Sementara itu, Ketua DPP Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) Dedy Rochimat juga mengakui Indonesia masih kalah saing dengan negara-negara tersebut. Salah satu cara untuk mengejar ketertinggalan tersebut adalah dengan bermitra dengan negara lain.
"Strateginya juga kita harus belajar dari yang hebat-hebat, kita juga harus bersatu untuk berkolaborasi sehingga kita bisa mengembangkan industri kita sehingga cita-cita kita menjadi tuan rumah dan eksportir yang besar dapat tercapai," tuturnya kepada wartawan setelah Opening Ceremony IFFINA.
Dedy juga menyebutkan, ke depan, ASMINDO akan bekerja sama dengan beberapa negara seperti China, Jerman, Vietnam, Malaysia, hingga Amerika Serikat. Hal tersebut dilakukan untuk bertukar ilmu baik dalam bidang desain hingga berkelanjutan atau sustainability.
Di sisi lain, Ketua Panitia Pelaksana IFFINA 2023 sekaligus Vice Chairman of Domestic Promotion and Marketing ASMINDO Anne Patricia Sutanto menuturkan, dengan penyelenggaraan IFFINA 2023, diharapkan bisa menggaet pihak luar negeri untuk berkolaborasi dengan Indonesia di industri mebel.
"Kenapa kita menggalakan IFFINA kembali, kalau kita berani berkolaborasi dengan pihak luar tapi tetap culture dan budaya dari Indonesia ini kita pertahankan, karena tadi seperti yang sudah disampaikan juga bahwa sumber daya alam Indonesia ini luar biasa kalau kita bisa mengelola dengan kemampuan kita juga dengan kegigihan kita apalagi banyak generasi-generasi kita cinta akan furniture dan craft, kita mengharapkan bisa lebih dari Vietnam," ujarnya.
Pihaknya pun menargetkan setidaknya pendapatan Indonesia dari industri mebel ini bisa meningkat 20% dengan adanya penyelenggaraan IFFINA Indonesia Furniture and Design Expo 2023.
"Kita kan Indonesia pendapatan dari furnitur dan craft US$ 2,8 miliar di 2022. Harapan kita di IFFINA ini kita push pendapatan kita bisa naik 20% lebih di tahun 2024 karena kita melihatnya ke depan," pungkasnya.
(zlf/zlf)











































