Salah seorang warga yang tinggal di Forest City, Malaysia tak sanggup lagi tinggal di kawasan yang kini dikenal dengan kota hantu itu. Warga itu kemudian menjual unit apartemennya di sana.
Bukan tanpa alasan Forest City dijuluki kota hantu belakangan ini. Pengembangnya, Country Garden tengah dirundung masalah gagal bayar utang yang jumlahnya diperkirakan mencapai nyaris US$ 3.000 triliun. Walhasil, mega proyek seluas 1.740 hektare besutannya di Johor Malaysia itu kini kosong, sepi penghuni.
Padahal, proyek ini digadang-gadang akan menjadi proyek besar di Malaysia. Nilai investasinya mencapai US$ 100 miliar dolar atau sekitar Rp 1.500 triliun. Forest City pun disebut sebagai proyek jangka panjang. Dibangun pada 2006 silam, dan diproyeksi 20 tahun setelahnya akan maju dan berkembang. Namun, semuanya nihil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2019 misalnya, hanya ada 15 ribu unit properti yang terjual, dari target 700 ribu, dan hanya 500 orang tinggal di sana. Belakangan, jumlah ini naik jadi sekitar 9.000 orang. Namun tetap, angka itu jauh meleset dari target.
Seorang pasangan, CJ dan sang istri kemudian menjual properti di sana. Awalnya, CJ merasa senang tinggal di sana karena ada 18 padang golf yang merupakan tempat favoritnya. Namun lama kelamaan, dia tak betah. Banyak tempat sepi tanpa pengunjung. Taman-taman kotor tak terawat.
"Kalau ini kondominium kecil, dengan fasilitas seperti itu, pasti bagus. Tapi karena pembangunannya berlebihan, dan ada ribuan unit kosong, itulah yang menciptakan nuansa kota hantu," kata CJ dikutip dari AsiaOne, Minggu (1-/9/2023).
Awalnya, dia tak ada niat untuk menjual karena sudah pasrah dan yakin bahwa harga properti yang akan mereka jual akan anjlok. Ya, dia berpikir demikian bukan tanpa alasan. Tak ada yang bisa diharapkan dari kondisi dan suasana di kota hantu itu.
Tapi, ternyata prediksi dia meleset. Secara kebetulan dia bertemu dengan seorang makelar saat sedang bermain golf.
"Dia kebetulan ada di sana karena dia sedang bermain golf dengan temannya, dan kami mengobrol tentang golf. Lalu dia membicarakan ide menjual, yang belum pernah saya pertimbangkan sebelumnya."
Ternyata, benar, asumsi dia soal harganya akan anjlok salah. Meski dia tidak menyebut pasti harganya, apa yang ditawarkan si makelar itu justru lebih tinggi dari nilai yang ia beli dulu. Makelar tersebut memberikan tawaran sekitar RM (ringgit Malaysia) 1,2 juta, lebih tinggi dari sekitar RM 980.000.
"Dalam hal ini, kami beruntung bisa lolos," kata CJ, "Seolah-olah kami mencoba menjual pada saat ini, saya tidak yakin apakah ada orang yang tertarik. Jika kami menghabiskan waktu lebih lama untuk mempertimbangkannya, kami mungkin akan dibebani dengan tanggung jawab yang sangat besar saat ini."
(zlf/zlf)