Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ASEAN ke-43 kembali digelar kembali dan Indonesia menjadi tuan rumah. Kegiatan ini akan berlangsung mulai dari 5-7 September 2023 berlokasi di DKI Jakarta.
Bicara soal gelaran akbar ini, menarik untuk mengulas salah satu gedung ikonik di Jakarta yaitu Gedung Sekretariat ASEAN yang menjadi pusat dan operasional dari organisasi kawasan Asia Tenggara. Gedung ini didirikan pada 8 Agustus 1967.
Sekretariat ASEAN sebagaimana dikutip dari website Sekretariat Nasional ASEAN, berfungsi menyediakan sarana dan prasarana bagi perwakilan negara anggota ASEAN dalam bekerja. Mereka juga mempersiapkan berbagai sidang dan melakukan koordinasi pada ASEAN. Pada Sekretariat ASEAN seorang sekretaris jenderal yang menjadi pimpinan tertinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 23 Februari 1976, tercetus akan kebutuhan sebuah kantor sekretariat tetap baru pada KTT ASEAN pertama di Nusa Dua, Bali. Saat itu, seluruh menlu sepakat menjadikan Jakarta sebagai lokasi berdirinya kantor Sekretariat ASEAN. Alasannya, Dari segi ekonomi, Jakarta merupakan kota yang strategis dan memenuhi syarat sebagai ibu kota diplomatik ASEAN yang memiliki berbagai fasilitas dengan standar pelayanan internasional.
Kawasan ini dahulu dikenal sebagai CSW atau Centraal Speciaalwerken, yaitu pusat bengkel alat-alat berat zaman kolonial Belanda yang kini menjadi kawasan Kebayoran Baru, tepatnya di persimpangan Jl Sisingamangaraja, Kyai Maja, dan Trunojoyo, tempat di mana gedung ASEAN kokoh berdiri. Kini nawa CSW dikenal masyarakat karena menjadi salah satu hub transportasi publik yang menghubungkan bus TransJakarta dengan nama Halte CSW dan Stasiun MRT ASEAN.
Arsitek Gedung ASEAN
Di balik berdiri kokohnya gedung ASEAN, terdapat arsitektur ternama yang merancangnya, beliau bernama Soejoedi Wiroatmodjo, pemilik dan pendiri firma arsitektur terkemuka, Gubahlaras. Rumah desain milik Soejoedi itu juga telah merancang sejumlah kantor pemerintahan, di antaranya, Gedung MPR/DPR dan Manggala Wanabhakti.
Pada Juli 1976, Pemerintah mengumumkan tahap awal pembangunan dengan mengeluarkan dana sebesar Rp 2,8 miliar dari APBN. Pembangunan baru dimulai pada April 1978 dengan desain hasil rancangan Soejoedi. Desain bangunan yang memiliki sembilan lantai dengan format horizontalnya yang menyerupai sawah terasering di kawasan perbukitan itu sebagai wujud dari sektor pertanian yang menjadi andalan utama ekonomi negara-negara ASEAN pada saat itu.
Dinding luar bangunan diberi lapisan keramik untuk memudahkan urusan pemeliharaannya. Kaca-kaca ruangan berwarna coklat diimpor langsung dari Jepang. Secara keseluruhan, kantor Sekretariat ASEAN memiliki tinggi sekitar 39,8 meter dan menghabiskan anggaran senilai total Rp 5 miliar.
![]() |
Menara Baru
Seiring berjalannya waktu dan makin pesatnya perkembangan organisasi ASEAN yang kini memiliki 10 negara anggota, maka dibutuhkan penambahan area kawasan perkantoran Sekretariat ASEAN. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia memperluas kawasan Sekretariat ASEAN dan hasilnya dua menara kembar setinggi 16 lantai pun berhasil dibangun.
Pembangunan menara baru Sekretariat ASEAN ini menghabiskan waktu 549 hari kerja. Luas total bangunan mencapai 49.993 meter persegi dan berdiri di atas lahan 11.369 m2 termasuk memanfaatkan lahan bekas kantor Walikota Jakarta Selatan. Dibangun juga sebuah jembatan penghubung sepanjang 40,5 meter di antara dua menara kembar dan bangunan lama Sekretariat ASEAN dan menjadi jembatan penghubung tanpa kolom struktural atau penyangga terpanjang di Indonesia.
(zlf/zlf)