Pengembang properti di Jakarta menilai sarana promosi properti lewat media sosial adalah sarana terbaik untuk memasarkan produknya. Hal ini diungkapkan melalui hasil survei Dewan Pengurus Daerah (DPD) Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta.
Adapun hasilnya sebanyak 92,5% responden menyatakan media sosial adalah sarana promosi paling efektif, disusul oleh pameran (64,1%), papan iklan (52,7%), hingga marketplace (37,7%). Adapun sarana promosi paling rendah adalah media cetak (22,8%) dan media TV/elektronik (19,9%).
Wakil Ketua DPD REI DKI Jakarta Bidang Riset dan Hubungan Luar Negeri, Chandra Rambey mengatakan, hasil riset pada tahun sebelumnya juga menunjukkan hasil riset yang tak jauh berbeda. Hanya saja, saat itu media sosial berada di urutan kedua sebagai sarana promosi properti paling efektif, sementara pameran menjadi yang pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini konsisten, tahun sebelumnya masih nomor 2 media sosial, naik signifikan. Tahun sebelumnya pameran (media promosi properti paling efektif)," tuturnya dalam acara konferensi pers hasil riset 'Survei Perkembangan Industri Realestat 2023' di Kantor Sekretariat DPD REI DKI Jakarta, Rasuna Office Park, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Chandra juga menyebutkan, promosi di media sosial jauh lebih kuat dibandingkan di website jual-beli rumah atau marketplace. Adapun media sosial yang dimaksud seperti Facebook dan Instagram.
Di sisi lain, Ketua DPD REI DKI Jakarta, Arvin F. Iskandar mengatakan, meski tahun depan masuk tahun politik, pengembang yakin sektor realestat tidak akan terpengaruh.
"Walaupun tahun depan adalah tahun politik karena akan berlangsung pemilihan umum, sebagian pengembang yakin sektor realestat tidak terpengaruh. Dan berharap, sektor realestat tahun depan akan jauh lebih baik. Dorongan optimistik itu karena adanya kemudahan perizinan/persyaratan dalam mengembangkan proyek serta stabilitas suku bunga perbankan," paparnya.
Berdasarkan hasil riset yang sama, Arvin mengatakan, sebanyak 43,4% Anggota REI DKI Jakarta berharap industri properti tahun 2024 jauh lebih baik dari tahun sebelumnya dan menyatakan kemudahan perizinan/persyaratan menjadi harapan di tahun 2024.
Adapun dalam kurun waktu 2023, sebanyak 94,31% responden membangun proyek hunian, berupa perumahan dan apartemen. Rinciannya, 55,52% mengembangkan perumahan menengah dan atas, 28,47% mengembangkan perumahan bawah dan sebanyak 10,32% mengembangkan apartemen jual.
"Anggota REI DKI Jakarta menyatakan produk properti yang memberikan kinerja terbaik di tahun 2023 adalah jenis hunian berupa perumahan dan apartemen. Dengan rincian; 60,1% perumahan menengah atas, 28,1% perumahan bawah/RST dan 5,7% apartemen strata. Hal ini berbeda dengan hasil riset sebelumnya di tahun 2020, yakni sebanyak 65,5% Anggota REI DKI Jakarta menyatakan perumahan bawah/RST/FLPP adalah produk yang memberikan kinerja terbaik", ujar Arvin.
Sementara dari sisi pembiayaan, baik untuk konsumen maupun kredit konstruksi bagi pengembang, mayoritas sama-sama membutuhkan pendanaan perbankan. Bahkan sebanyak 63,7% menyatakan tidak ada alternatif pembiayaan lain yang sedang/akan diambil selain Perbankan.
Dibandingkan dengan persyaratan kredit, pengurangan pajak, LTV (loan to value)/DP, pengurangan NJOP maka pengembang menilai bahwa Kebijakan pemerintah yang mampu memberikan dampak yang lebih baik pada perkembangan sektor real estat adalah kebijakan terhadap suku bunga kredit.
"Hasil survei itu juga memberikan gambaran bahwa pendanaan dari obligasi, sukuk, Dire (dana investasi real estat), MTN (medium term notes), pembiayaan startup properti, IPO, KSO (kerja sama operasional), dan lain-lain, masih minim dimanfaatkan dalam membangun proyek. Sebanyak 63,7% anggota REI DKI menyatakan tidak ada alternatif pembiayaan lain yang sedang/akan diambil selain perbankan," tambahnya.
Sebagai informasi, survei ini dilakukan selama 3 bulan dari April-Juli 2023 terhadap anggota DPD REI DKI Jakarta. Riset ini dilakukan dengan metode pengumpulan data primer melalui penyebaran kuesioner dan wawancara. Adapun anggota yang mengikuti survei tersebut sebanyak lebih dari 300 anggota.
Tujuan dari survei ini adalah untuk memberikan informasi sekaligus memudahkan pelaku usaha dan konsumen dalam mengambil keputusan. Bagi pelaku usaha bisa mendapatkan gambaran dan mengetahui persepsi para pengembang anggota sekaligus menjadi pedoman untuk merancang strategi pengembangan produk sesuai profil industri. Sementara bagi pemerintah maupun stakeholder lainnya bisa digunakan untuk membuat kebijakan atau evaluasi tindakan untuk bisa menggerakkan roda ekonomi.
(zlf/zlf)