Moda transportasi publik kereta ringan LRT Jabodebek sepanjang lebih dari 41 km telah diresmikan awal pekan ini.
LRT Jabodebek ini akan melengkapi moda transportasi masal yang sudah ada sebelumnya seperti MRT, KRL, dan kereta bandara yang diharapkan masyarakat bisa berpindah menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi.
Selanjutnya keberadaan LRT Jabodebek ini kerap disebut menggairahkan bisnis properti khususnya produk-produk yang ditawarkan di sepanjang lintasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LRT Jabodebek ini merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang dibangun oleh perusahaan BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan di sepanjang lintasannya dibangun proyek TOD LRT City oleh anak perusahaan Adhi Karyay aitu PT Adhi Commuter Properti Tbk.
Dengan beroperasinya LRT Jabodebek apakah akan memberikan dampak langsung pada produk-produk properti di sepanjang lintasannya?
Menurut pengamat properti Anton Sitorus, dampaknya tidak akan langsung karena ada banyak faktor untuk memastikan sebuah produk bisa diterima pasar dengan baik.
"Masyarakat harus melihat dulu apakah konsep TOD yang ditawarkan ini cocok dengan kebutuhan maupun lifestyle-nya. Pastinya kota-kota modern membutuhkan transportasi publik yang mumpuni, tapi LRT Jabodebek ini kan baru jalan bahkan sudah tertunda beberapa kali dan itu memengaruhi confident pasar," ujarnya.
Kawasan TOD dengan produk-produk properti berkonsep mixed used yang digadang-gadang akan memiliki value tinggi seiring beroperasinya LRT Jabodebek harus running terlebih dahulu. Saat ini juga masih ada beberapa proyek yang tidak terkoneksi langsung dengan stasiun sehingga harus diberikan solusi supaya bisa menarik kebutuhan pasar.
Bila masyarakat shifting dari menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi publik seperti LRT, ada banyak fasilitas, berbagai kemudahan yang bisa dirasakan, maka konsep kawasan TOD yang ideal bisa terwujud. Kawasan TOD di sepanjang lintasan LRT Jabodebek ini juga dirancang bersamaan dengan proyek transportasinya.
Hal itu seharusnya menjadi nilai plus dibandingkan moda KRL yang hanya berfungsi sebagai moda transportasi publik. Artinya, kawasan TOD di sepanjang lintasan LRT Jabodebek seharusnya sudah bisa memprediksi berapa traffic harian, daya angkut, hingga potensi captive market yang bisa tercipta dari aktivitas di stasiunnya.
Kondisi actual itu yang akan dilihat, seberapa besar volume ridership penumpang, fasilitas apa saja yang disediakan, bagaimana kawasannya terkoneksi dengan kawasan sekitar, dan lainnya. Proyeksi juga harus mencerminkan realita, ada kecenderungan proyeksi kerap berlebihan atau terlalu dibesar-besarkan.
"Manajemen ataupun pengelola harus bisa memprediksi akan ada traffic sekian dari aktivitas stasiunnya karena ini sangat penting untuk produk komrsial yang ditawarkan. LRT Jabodebek juga gerbongnya lebih pendek dibandingkan KRL, artinya daya angkutnya pasti akan lebih kecil dan itu berpengaruh pada captive market," cetus Anton.
(dna/dna)