Jepang menunjukkan komitmen dalam menanggulangi potensi gempa dengan menerbitkan undang-undang tentang bangunan di perkotaan. Undang-undang ini dilatarbelakangi oleh bencana gempa yang terjadi di Kanto tahun 1923 silam.
Melansir Bloomberg, Rabu (30/8/2023), gempa hebat berkekuatan 7,9 skala Ritcher tersebut menghancurkan banyak struktur di Jepang. Total kerugiannya mencapai Β₯ 95 triliun yen atau US$ 656 miliar atau setara Rp 9.840 triliun.
Sejak saat itu, Jepang berkomitmen dalam meningkatkan peraturan bangunan sebagai bentuk antisipasi terhadap ancaman gempa bumi. Para peneliti dan pembuat kebijakan bekerja keras untuk menggabungkan teknologi terbaru dengan metode rekayasa yang inovatif guna menghasilkan bangunan yang semakin kokoh dan tahan terhadap guncangan. Saat ini, Jepang dikenal memiliki beberapa peraturan bangunan paling ketat di seluruh dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Tokyo, langkah-langkah konkret telah diambil untuk memastikan bangunan-bangunan di kota ini siap menghadapi gempa.
Pemerintah kota memberikan insentif berupa subsidi kepada pemilik rumah yang ingin memperkuat struktur rumah mereka agar dapat bertahan dalam situasi gempa. Bantuan finansial juga diberikan untuk meningkatkan ketahanan sekolah, fasilitas kesejahteraan sosial, rumah sakit, dan bangunan-bangunan penting lainnya.
Standar dalam membangun bangunan kayu, yang merupakan tradisi khas Jepang, juga telah diperbarui agar sesuai dengan persyaratan ketahan gempa. Pada tahun 2000, peraturan revolusioner diberlakukan yang mengharuskan arsitek mempertimbangkan berbagai faktor seperti dinding tahan gempa dengan dukungan yang memadai. Bahkan, survei tanah juga harus dilakukan untuk memastikan bahwa fondasi bangunan sesuai dengan kondisi lokasi.
Sebagai bagian dari proyek jangka panjang untuk menjaga ketahanan kota, Tokyo memiliki rencana ambisius untuk memperluas program subsidi retrofit gempa. Proyek ini akan mencakup sekitar 200.000 bangunan kayu yang dibangun antara tahun 1981 dan 2000, periode ketika peraturan untuk bangunan kayu telah direvisi. Langkah ini merupakan bentuk komitmen Tokyo untuk melindungi penduduknya dari risiko gempa yang mungkin terjadi.
Dengan upaya ini, Tokyo terus membangun masa depan yang lebih aman dan tahan gempa. Bangunan yang kokoh akan memberikan perlindungan bagi penduduknya dan juga menjadi contoh penting bagi kota-kota lain di dunia yang menghadapi risiko bencana alam serupa.
(dna/dna)