Bank-bank besar di China telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka tahun ini menjadi di bawah target pemerintah sekitar 5%. Penurunan ini disebabkan oleh pemulihan ekonomi mengalami hambatan yang signifikan, salah satunya akibat krisis properti.
Seperti diketahui, perusahaan properti asal China, Evergrande, baru-baru ini mengumumkan kebangkrutan mereka akibat terlilit hutang hingga Rp5.000 triliun. Selain Evergrande, perusahaan properti Country Garden juga dilaporkan terancam gagal membayar utang senilai Rp 2.875 triliun. Krisis properti ini ikut andil dalam menambah tantangan perekonomian yang sedang dihadapi China saat ini.
Melansir Reuters, Minggu (27/8/2023), perekonomian China sedang menghadapi tantangan serius dengan terus merosotnya laba perusahaan industri selama 7 bulan berturut-turut. Pada bulan Juli saja, laba perusahaan turun sebesar 6,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini adalah pertanda pemulihan ekonomi pasca pandemi yang belum berjalan mulus di negara ekonomi terbesar ke-2 di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab Penurunan Laba
Penurunan laba ini terutama dipengaruhi oleh permintaan yang lemah dan situasi pemulihan ekonomi yang tidak menggembirakan. Meskipun berbagai langkah telah diambil untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, sektor industri masih menghadapi tantangan serius.
Penurunan yang terjadi tidak hanya terfokus pada bulan Juli, tetapi sudah terjadi selama 7 bulan pertama tahun ini. Dalam periode tersebut, berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional, laba perusahaan industri telah merosot sebesar 15,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Penurunan laba tidak hanya terbatas pada satu sektor industri saja. Berbagai sektor industri mengalami penurunan laba, dan beberapa di antaranya bahkan mengalami penurunan yang sangat signifikan. Situasi ini menunjukkan bahwa masalah ini bersifat sistemik dan memerlukan perhatian serius.
Langkah Pemerintah dalam Mendukung Pemulihan
Otoritas China telah mengambil berbagai langkah untuk mendukung pemulihan ekonomi dan merespons penurunan laba ini. Beberapa langkah tersebut antara lain pemotongan suku bunga dan pemberian dukungan tambahan kepada sektor-sektor yang terdampak. Meskipun demikian, dampak dari langkah-langkah ini belum sepenuhnya jelas dan masih memerlukan waktu untuk dievaluasi.
Presiden Xi Jinping sendiri telah menyampaikan keyakinannya bahwa ekonomi China memiliki daya tahan yang kuat dan fundamental pertumbuhan jangka panjang tetap utuh. Pernyataan ini mencerminkan tekad pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi yang dihadapi saat ini.
(dna/dna)