Nestapa Perumahan di Tangerang Dikepung Asap Pembakaran Bikin Balita Kena ISPA

Nestapa Perumahan di Tangerang Dikepung Asap Pembakaran Bikin Balita Kena ISPA

Almadinah Putri Brilian - detikProperti
Sabtu, 26 Agu 2023 09:04 WIB
Asap pekat kepung perumahan warga di Tangerang/Instagram wulanwu
Foto: Asap pekat kepung perumahan warga di Tangerang/Instagram wulanwu
Jakarta -

Media sosial ramai membahas soal asap tebal yang menyelimuti salah satu perumahan di Tangerang, Banten. Asap tebal itu biasanya terjadi pada malam hari ketika warga sedang beristirahat.

Video yang dibagikan seorang seleb media sosial Wulan Wu melalui akun Instagram pribadinya @wulanwu menuai banyak perhatian warganet. Bahkan, beberapa orang juga mengalami hal serupa.

"Sampeee kapaaann??? Yang mau curcol, waktu dan tempat dipersilahkan. Salam dari Tangerang dan sekitarnya," tulisnya dalam caption Instagram, dikutip Kamis (24/8/2023). Sebagai informasi, detikcom telah mendapatkan izin untuk mengutip video tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, ia tinggal di perumahan Lavon, SwanCity, Tangerang, Banten. Adapun tak hanya perumahannya saja yang terdampak, tetapi perumahan yang tak jauh darinya, Suvarna Sutera juga terkena imbasnya.

Mengenai adanya asap tebal yang menyelimuti perumahan tersebut, detikcom telah merangkum fakta-faktanya. Berikut informasinya.

ADVERTISEMENT

1. Sudah terjadi sejak 4 bulan yang lalu

Suami Wulan Wu, Adrian, menceritakan adanya asap tersebut sudah terjadi sejak 4 bulan yang lalu. Bahkan keadaannya dulu jauh lebih buruk daripada yang baru-baru ini.

"Jadi empat bulan yang lalu tuh asap makin lama makin tebal, nah terus ada satu kali kejadiannya mirip kayak yang kemarin, malah lebih parah kata saya. Jadi asap tuh tebal sampai bener-bener nggak bisa lihat, ke tetangga aja nggak bisa lihat, udah kayak asap yang buat ngusir nyamuk itu lho (fogging), bahkan sampai masuk ke rumah," ujarnya ketika dihubungi detikcom, Kamis (24/8/2023).

Diduga, asap tersebut berasal dari pembakaran sampah. Terkadang, ia bisa mencium bau sangit ketika keluar rumah saking tebalnya asap. Biasanya, pembakaran ini dilakukan pada sekitar pukul 22.00 atau 23.00 WIB. Namun, setelah ada teguran, justru pembakarannya dilakukan pada pukul 02.00 atau 03.00 WIB.

"Awalnya biasanya jam 10-11 malam, nah sekarang geser ke jam 2-3 pagi. Jadi mereka hindari teguran, bakarnya kebalik jadi jam 2-3 pagi, malah lebih parah. Sampai sekarang masih ada (pembakaran), tapi intensitasnya nggak sama kayak dulu," ungkapnya.

Adrian menuturkan, pembakaran terjadi di belakang perumahan tempatnya tinggal, dekat jalan tol area exit Cikupa. Di sana ada sebuah lahan kosong yang tampak berwarna abu-abu kehitaman yang menandakan adanya pembakaran.

"Nah itu biasanya mereka bakar di situ. Jadi diam-diam terus cari lokasi, dia bakar di sana," tuturnya.

2. Diduga tak hanya ada satu titik pembakaran

Titik pembakaran yang menimbulkan asap tebal tersebut diduga tak hanya dari satu titik saja, melainkan ada beberapa titik di lokasi lain. Sebab, ketika Adrian, salah satu warga perumahan yang terdampak asap tebal, pergi keluar area perumahan pun menemukan asap yang tebal juga.

"Dari rumah saya mau ke Pasar 8 itu jarak tempuhnya sekitar 7 km itu tuh full asap, dari rumah saya sampai ke sana itu ada asap. Jadi di Pasar 8 itu kadang lebih tebal (asapnya) di pasar 8, jadi jarak 7 km masih asap semua. Jadi saya bingung," kata Adrian.

"Saya sempat lihat pakai drone kan, titik bakarnya nggak cuma satu. Jadi kayak dibakar serentak, bareng-bareng gitu. Salah satu yang paling parah (asapnya) kebetulan di cluster saya," akunya.

3. Banyak balita terkena ISPA

Akibat dari adanya asap tersebut selama berbulan-bulan, warga perumahan banyak yang terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Mirisnya, sebagian besar yang kena adalah anak-anak.

"Saya ada di grup cluster kan, itu setiap hari menginfokan anaknya Si A, Si B, Si C, kebanyakan anak kecil, balita, itu kena serangan ISPA, terus ada beberapa yang harus sampai rawat inap ke rumah sakit," tutur Adrian kepada detikcom, Kamis (24/8/2023).

Tak hanya anak kecil, orang dewasa pun juga terkena efek dari asap tersebut meski tak separah seperti yang dialami oleh anak-anak, contohnya Adrian. Ia memiliki riwayat asma dan memang bekerja dari rumah, sehingga adanya asap ini sangat mengganggu aktivitasnya. Bahkan akibat dari adanya asap terus menerus, ada anak-anak yang sampai saat ini masih belum sembuh dari penyakit yang menyerang saluran pernapasan.

"Yang anak kecil itu, itu yang sampai sekarang nggak sembuh-sembuh banyak, selama 4 bulan ini ga sembuh-sembuh ada," ungkap Adrian.

Adrian bercerita, saking banyaknya yang sakit pernapasan, apotek di sekitar rumahnya menyebut obat paling laku yang dijual adalah obat untuk menyembuhkan penyakit pernapasan.

"Pergi ke apotek itu, obat asma, nebulizer, dan kawan-kawan itu dia bilang katanya yg paling laku jual itu. Antara obat asma, obat flu, jadi yang berhubungan sama pernapasan itu tok (yang paling laku dijual)," paparnya.

4. Sudah lapor pihak berwenang, namun belum ada hasil

Salah satu warga perumahan Lavon, Adrian menuturkan, para warga sudah melaporkan adanya asap tersebut sejak 4 bulan yang lalu. Memang, saat itu sempat ada mediasi antara pihak developer, kecamatan, serta dinas kesehatan setempat dengan yang diduga pembakar sampah.

Kala itu, kata Adrian, sudah ada peringatan keras untuk dilarang melakukan pembakaran. Akan tetapi, para pembakar tersebut hanya menghentikan kegiatan itu sekitar sebulan saja.

"Mereka cuma berhenti nggak lama lah, cuma satu bulan yang berhenti nggak bakar (menimbulkan) asap tebal. Setelah satu bulan mulai lagi mereka, makin lama makin tebal makin tebal, terus kejadian lagi yang ramai kemarin," ujarnya ketika dihubungi detikcom, Kamis (24/8/2023).

Karena asap masih terus ada hingga saat ini, warga pun kembali melaporkan hal tersebut ke pihak berwenang, misalnya pengembang atau developer. Namun, hingga saat ini masih belum ada tindakan apapun.

"Sudah, sudah lapor ke pihak developer dan kawan-kawan, tapi sampai hari ini lho (belum ada tindakan). Padahal kan sudah dapat teguran keras ya dari mana-mana ya, tapi sampai hari ini masih ada terus setiap hari asapnya. Memang intensitasnya berkurang, tapi selalu ada," katanya.

Selain ke pengembang, pihaknya juga sudah melapor ke pemerintah setempat. Namun, hal itu juga masih belum ditindak juga.

"(Kalau hubungi pemerintah) kalau respon mau cepet hubungi nomor sekian, mereka tindak cepat tapi nggak mengubah apa-apa. Maksudnya kayak bolak balik 'oh iya ini bekas asapnya cepet dimatikan', terus dimatikan sama mereka, tapi nggak ada yang ditindak (pembakar sampahnya), jadi sama aja," tuturnya.

5. Harapan warga

Sebagai salah satu warga perumahan yang terkena dampak dari adanya asap tebal, Adrian berharap asap ini bisa cepat hilang dari kawasan tempat tinggalnya. Sebab, hal itu sangat mengganggu aktivitas warga, terutama untuk dapat menghirup udara bersih.

"Kalau dari saya ya developer lakukan mediasi yang tepat, libatkan pemerintah juga supaya pemerintah ambil tindakan tegas," ujarnya.

"Maksudnya kan kita ambil cluster sini supaya enak jauh dari Jakarta, supaya menghindari polusi, nah ini malah kebalikan. Start polusinya kesannya malah dari sini. Harapan saya sih bernapas kan hak semua orang, sederhananya ya kalau bisa bernapas dengan baik tuh happy," pungkasnya.

Itulah sederet fakta terkait asap yang menyelimuti salah satu perumahan di Tangerang yang telah dirangkum oleh detikcom.




(zlf/zlf)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads