China harus mematuhi prinsip bahwa "rumah adalah untuk ditinggali, bukan untuk spekulasi" untuk saat ini.
Demikian pesan penting dalam tajuk rencana Economic Daily, sebuah media yang dikelola negara, di tengah penurunan ekonomi yang merusak di sektor properti ditandai kebangkrutan raksasa properti Evergrande dan gelombang gagal bayar yang dahsyat dari sektor ini.
Para pemimpin puncak China mulai menggunakan frasa tersebut pada akhir 2016, ketika mereka mulai memperkenalkan aturan yang lebih ketat untuk pasar properti dan penghapusannya dari pernyataan Politbiro pada bulan Juli dipandang sebagai sinyal bahwa beberapa pembatasan tersebut dapat dibatalkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Posisi 'rumah adalah untuk ditinggali, bukan untuk spekulasi' harus ditekankan dan tidak ketinggalan zaman," tulis Economic Daily dalam editorialnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (24/8/2023).
"Di beberapa kota populer, permintaan perumahan masih melebihi pasokan. Ketika spekulasi mengenai harga rumah kembali terjadi, China mungkin akan kembali ke jalur lama yaitu terlalu bergantung pada sektor real estat, yang akan berdampak buruk pada pembangunan ekonomi dan sosial," lanjut tulisan tersebut.
Dalam pertemuan kebijakan utama bulan Juli, para pemimpin puncak mengatakan China akan menyesuaikan dan mengoptimalkan kebijakan properti secara tepat waktu, sebagai tanggapan atas perubahan besar dalam hubungan penawaran dan permintaan di pasar properti.
Meningkatnya risiko gagal bayar di antara beberapa pengembang dan pemulihan ekonomi yang goyah telah membuat investor mengharapkan stimulus yang lebih banyak dan lebih besar untuk menghidupkan kembali pasar perumahan.
Namun mereka kecewa ketika Bank Rakyat China(PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman lima tahun tetap pada hari Senin. Suku bunga lima tahun mempengaruhi harga hipotek, dan beberapa analis mengatakan bank sentral mungkin berusaha melindungi margin pemberi pinjaman.
Maklum saja, Pinjaman terkait properti menyumbang 40% dari pinjaman bank.
"Dan kepemilikan properti menyumbang 60% dari kekayaan rumah tangga China," kata Economic Daily.
Analis Goldman Sachs memperkirakan kontribusi sektor perumahan terhadap pertumbuhan PDB adalah hambatan sebesar 1,5 poin persentase tahun ini dan kemungkinan akan tetap setidaknya sedikit negatif di masa mendatang, menurut sebuah catatan pada hari Rabu.
(dna/zlf)