Raksasa properti China, Country Garden tengah mengalami banyak masalah. Selain utang US$ 191 miliar atau setara Rp 2.875 triliun yang berpotensi gagal bayar, perusahaan juga diduga tak membayar gaji karyawan selama berbulan-bulan.
Belum kelar masalah itu, timbul masalah baru yakni ada 1 juta unit rumah yang mangkrak gegara masalah yang dihadapi oleh Country Garden.
Dikutip dari Reuters, Rabu (23/8/2023), Country Garden kini masih punya proyek 1 juta unit rumah untuk diselesaikan, menurut Bank Nomura asal Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum diketahui secara umum apakah proyek itu terhenti karena keadaan finansial.
Pada 10 Agustus lalu, Country Garden mengatakan pihaknya akan berusaha keras untuk memastikan penyediaan apartemen dan akan memastikan pengoperasian proyek secara nasional untuk memenuhi komitmennya kepada pembeli rumah.
Country Garden membangun kesuksesannya dengan menjual sejumlah besar unit secara cepat dengan margin rendah dan menjanjikan "kehidupan bintang lima" di kota-kota kecil yang kurang populer.
Tianjin memiliki sekitar selusin proyek Country Garden, dengan sebagian besar telah selesai dan diserahkan, kata Gao Fei, manajer penasihat investasi di Centaline Property Agency cabang Tianjin.
Gao mengatakan proyek konstruksi yang dihentikan relatif jarang di kota itu, mewakili sekitar selusin dari 300 lokasi untuk dijual, tetapi memang ada proyek yang kemajuan pembangunannya melambat.
"Di China, itu adalah fenomena umum karena sekarang semua pengembang mengontrol ritme konstruksi berdasarkan tingkat penjualan. Jadi begitu penjualan melambat, konstruksi juga akan melambat," kata Gao kepada Reuters.
Keyakinan di sektor ini terpukul besar tahun lalu setelah banyak pembeli rumah China mengancam akan berhenti membayar KPR, karena pengembang berhenti membangun proyek perumahan pra-jual karena kekurangan likuiditas dan pembatasan COVID-19 yang ketat.
"Pasar real estat China sedikit pulih pada kuartal pertama 2023 tetapi volume transaksi sejak itu menurun, dengan mayoritas pasar perumahan kota tetap dalam keadaan "tertekan", kata Gao.
"Kami telah melihat bahwa banyak pembeli rumah dipengaruhi oleh kurangnya pendapatan, dan pilihan membeli rumah mereka dan apa yang mereka mampu telah terpengaruh pada gilirannya."
(zlf/zlf)