Sektor properti di China sedang gonjang ganjing. Bak dapat pukulan telak, dua raksasa properti di China kini berada di ujung tanduk.
Adalah Evergrande dan Country Garden yang dinilai jadi gambaran krisis properti sedang terjadi di China.
Perusahaan properti yang didirikan oleh pengusaha Xu Jiayin, Evergrande resmi mengajukan kebangkrutan di pengadilan New York, Amerika Serikat. Evergrande mengalami gagal bayar utang segunung yang sudah terjadi sejak 2021 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Utang Evergrande kini diperkirakan mencapai US$ 330 miliar atau sekitar Rp 4.950 triliun bila dihitung dengan kurs Rp 15.000. Evergrande pun mengajukan perlindungan kebangkrutan bab 15 ke pengadilan New York.
Dikutip dari Reuters, Jumat (18/8/2023), hal ini dilakukan Evergrande di tengah kekhawatiran yang berkembang bahwa masalah di sektor properti China dapat menyebar ke sektor ekonomi kali karena pertumbuhan melambat. Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15 yang melindungi perusahaan non-AS yang menjalani restrukturisasi dari kreditur yang ingin menuntut mereka atau mengikat aset di Amerika Serikat.
Afiliasi dari Evergrande, Tianji Holdings juga melakukan langkah yang sama pada Kamis lalu di pengadilan kebangkrutan Manhattan.
Sejak krisis utang sektor ini terungkap pada pertengahan 2021, perusahaan yang menyumbang 40% penjualan properti di China ini telah mengalami gagal bayar utang.
Sementara itu, raksasa properti China lain, Country Garden juga kini tengah kesulitan membayar utang. Perusahaan keluarga ini memiliki utang mencapai US$ 191,7 miliar atau sekitar Rp 2.875,5 triliun.
Bos Cpuntry Garden Yang Huiyan mengatakan bahwa ini adalah masalah terbesar yang pernah dihadapi oleh perusahaannya. Yang Huiyan yang juga salah satu wanita terkaya di China dan Asia menjadi miliarder dari warisan saham yang diberikan ayahnya, yang mendirikan Country Garden pada 20 tahun lalu.
Namun, sejak krisis properti menghantam China, kekayannya terus anjlok. Sejak itu, Yang Huayin sudah kehilangan kekayaan hampir US$ 29 miliar. Menurut Bloomberg, kekayaan dia kini mencapai US$ 5,3 miliar.
Dikutip dari Hong Kong Fp, bahkan dia dan keluarganya telah menyumbangkan US$ 4,9 untuk mendukung keberlangsungan Country Garden. Uang ini berasal dari kocek pribadi mereka.
Country Garden sebenarnya masuk ke dalam 500 perusahaan terbaik menurut Forbes. Namun, perusahaan yang mempekerjakan 70 ribu orang staff hingga akhir 2022 ini nasibnya kita ini di ujung tanduk.
Menurut laporan media, Country Garden tidak dapat melakukan dua kali pembayaran obligasi pada 6 Agustus. Utang ini memiliki masa tenggang 30 hari. Jika tidak membayar dalam waktu itu maka berisiko gagal bayar.
Kemudian, senilai US$4,27 miliar berupa obligasi perusahaan akan jatuh tempo pada 2024, menurut lembaga pemeringkat Moody's.
(zlf/zlf)