Kota New York dikabarkan akan tenggelam akibat beban berat dari bangunan-bangunan di atasnya. Sebuah studi terbaru yang diketuai oleh Tom Parsons, ahli geofisika riset di US Geological Survey, mengatakan bahwa bangunan-bangunan tinggi berkontribusi terhadap penurunan permukaan tanah di Kota New York.
Hal ini diperburuk dengan fakta bahwa Kota New York berada di wilayah dengan tingkat kenaikan permukaan air laut yang dua kali lebih cepat di atas rata-rata global. Tak hanya itu, Parsons juga memperkirakan bahwa curah hujan ekstrim akibat krisis iklim juga dapat mempercepat tenggelamnya Kota New York.
"Kita masih cukup jauh dari kemungkinan masuknya air laut ke dalam kota. Namun, kita telah mengalami beberapa kejadian badai besar, seperti badai Sandy dan Ida di New York, di mana curah hujan tinggi menyebabkan banjir di kota, dan beberapa dampak dari urbanisasi memungkinkan air masuk." ungkap Parsons, dikutip dari CNN, Kamis (17/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makalah yang diterbitkan dalam jurnal Earth's Future ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana bangunan bertingkat tinggi di daerah pesisir, tepi sungai, atau tepi danau dapat berkontribusi terhadap risiko banjir di masa depan dan bahwa langkah-langkah harus diambil untuk mengurangi dampak yang berpotensi membahayakan.
Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah
Para peneliti menghitung massa 1.084.954 bangunan yang ada di lima wilayah kota New York pada saat itu. Hasilnya, massa total bangunan-bangunan tersebut mencapai sekitar 762 miliar kilogram atau setara dengan sekitar 1,9 juta pesawat Boeing 747-400.
Tim peneliti kemudian menggunakan simulasi untuk menghitung efek dari bobot tersebut di tanah, lalu membandingkannya dengan data satelit yang menunjukkan geologi permukaan yang sebenarnya. Analisis tersebut menunjukkan bahwa permukaan tanah di kota tersebut akan menurun sekitar 1-2 milimeter per tahun. Bahkan, beberapa daerah akan mengalami penurunan permukaan tanah yang lebih besar hingga sekitar 4,5 milimeter per tahun.
Studi lain yang dilakukan pada September 2022 menunjukkan bahwa 44 dari 48 kota pesisir terpadat di dunia mengalami penurunan permukaan tanah lebih cepat daripada kenaikan permukaan laut. Pendekatan baru dalam studi tersebut adalah dengan memperhitungkan secara khusus berat bangunan di Kota New York dan bagaimana bangunan-bangunan tersebut berkontribusi terhadap penurunan permukaan tanah di bawahnya.
Namun, tidak semua penurunan permukaan tanah disebabkan oleh beban berat bangunan. Faktor lainnya dapat disebabkan oleh konstruksi tanah yang sangat lunak dan timbunan buatan, serta adanya relaksasi pasca glasial yang terjadi setelah zaman es terakhir.
Upaya Mengurangi Risiko Tenggelamnya Kota
Menurut penelitian ini, ancaman tenggelamnya Kota New York lebih besar kemungkinannya disebabkan oleh penurunan permukaan tanah daripada kenaikan permukaan air laut. Menurut Parsons, peristiwa ini sudah menjadi ancaman global.
"Rekan penelitian saya dari University of Rhode Island meneliti 99 kota di seluruh dunia, tidak hanya di pesisir tetapi juga di pedalaman. Sebagian besar dari kota-kota tersebut berisiko mengalami penurunan permukaan tanah," jelas Parsons.
"Kita tahu bahwa permukaan laut global meningkat dan garis pantai berubah. Selain itu, sangat penting untuk memahami dampak aktivitas manusia, seperti emisi gas rumah kaca, terhadap dunia kita yang sedang memanas," ungkap Sophie Coulson, seorang peneliti pascadoktoral di Los Alamos National Laboratory.
Studi yang dilakukan oleh Parsons dan tim ini melihat dampak aktivitas manusia sebagai faktor penting penyebab penurunan permukaan tanah di pesisir pantai.
Dengan kombinasi cerdas dari pemodelan komputer, pengukuran satelit dan data GPS, para peneliti memperkirakan tingkat penurunan permukaan tanah jangka pendek dan jangka panjang di berbagai wilayah kota, serta mengidentifikasi wilayah yang paling berisiko.
"Kota New York adalah salah satu wilayah pesisir terpadat di dunia, dengan sebagian besar infrastruktur penting yang dibangun di wilayah pesisir dataran rendah. Memahami bagaimana dan mengapa lanskap berubah, serta mengidentifikasi wilayah yang paling rentan terhadap banjir sangat penting untuk membuat persiapan yang tepat dalam memitigasi kenaikan permukaan air laut di masa depan." jelas Parsons.
(zlf/zlf)