Bank Indonesia (BI) mengeluarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) terbaru. Tercatat, pada triwulan II 2023, harga rumah mengalami peningkatan sementara tren penjualan mengalami penurunan.
Berdasarkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2023 tercatat naik 1,9% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79% (yoy). Peningkatan IHPR tersebut terutama ditopang oleh kenaikan harga rumah tipe kecil sebesar 2,22% (yoy), lebih tinggi dari kenaikan pada triwulan I 2023 yang sebesar 1,77% (yoy). Sementara itu, harga rumah tipe menengah mengalami peningkatan sebesar 2,72% (yoy), sedikit lebih rendah dari 2,76% (yoy) pada triwulan I 2023.
Lebih lanjut, peningkatan juga terpantau pada harga rumah tipe besar dengan kenaikan sebesar 1,49% (yoy). Adapun, perkembangan indeks harga rumah yang meningkat pada triwulan II 2023 terutama terjadi di Kota Batam, Jabodebek-Banten, dan Denpasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meningkatnya harga rumah ternyata berbanding terbalik pada penjualan. Tercatat, penjualan properti residensial terkontraksi 12,30% (yoy) pada triwulan II 2023, lebih dalam dari kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 8,26% (yoy).
Hal ini dipengaruhi oleh belum kuatnya penjualan rumah tipe kecil dan tipe menengah yang masing-masing terkontraksi 15,81% (yoy) dan 15,17% (yoy). Sementara itu, penjualan rumah besar terpantau mengalami peningkatan sebesar 15,11% (yoy), setelah terkontraksi 6,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Dari hasil survei responden, terdapat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer yaitu masalah perizinan/birokrasi (30,40%), suku bunga KPR (29,52%), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (22,79%), dan perpajakan (17,29%).
Adapun, jenis pembiayaan utama yang dilakukan konsumen dalam pembelian rumah berasal dari fasilitas KPR sebesar 76,02%. Selanjutnya disusul dengan tunai bertahap (17,25%) dan secara tunai (6,73%).
(zlf/zlf)