Tradisi mengangkat rumah utuh saat melakukan pindahan ternyata tak hanya ada di Indonesia saja. Negara tetangga Indonesia, Filipina juga memiliki tradisi serupa.
Di Filipina, tradisi mengangkat rumah utuh ketika pindahan dinamakan Bayanihan. Bayanihan berasal dari kata 'bayan' yang berarti kota, negara, atau komunitas. Bayanihan sendiri memiliki arti semangat kebersamaan dalam komunitas untuk bekerja dan kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.
Tradisi Bayanihan biasanya dilakukan oleh warga desa ketika ingin pindah lokasi rumah. Umumnya, mereka pindah karena ingin menghindari banjir atau tanah longsor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski terdengar butuh tenaga ekstra, tetapi bahay-kubo, rumah tradisional Filipina, dapat dipindahkan dengan cara diangkat dengan tiang kayu. Bahay kubo juga tidak terlalu berat karena biasanya terbuat dari bahan alami, misalnya kayu.
Dilansir dari Ancient Page, Selasa (15/8/2023), biasanya yang mengangkat rumah untuk dipindahkan adalah para lelaki. Setelah rumah dipindahkan, akan ada perkumpulan kecil untuk merayakan pindahan rumah tersebut sekaligus untuk bersosialisasi dengan warga setempat.
Sama halnya seperti di Indonesia, tradisi Bayanihan kini sudah mulai jarang dilakukan. Salah satunya karena rumah yang ada saat ini terbuat dari beton sehingga sulit untuk dipindahkan.
Dilansir dari VOVWorld, kini tradisi Bayanihan bukan hanya sekadar mengangkat rumah saja saat pindahan, tetapi lebih dari itu. Kini, terdapat festival Bayanihan yaitu kegiatan penggalangan dana dengan melakukan kegiatan Bayanihan seperti dulu, yaitu memindahkan rumah.
Pada acara itu, orang-orang akan membuat rumah dari bahan-bahan alami, seperti daun kelapa untuk bagian atap, kayu, dan lainnya. Selanjutnya, mereka membawa rumah tersebut ke jarak tertentu, bisa 1-5 km. Kegiatan ini menarik minat banyak turis. Adapun, dana yang terkumpul digunakan untuk donasi korban bencana alam.
Saat ini, Bayanihan tidak lah sama seperti dulu. Yang tersisa hanyalah rasa kebersamaan dan gotong royong ketika melakukan sesuatu.
"Misalnya, sebelum tahun ajaran dimulai, masyarakat akan berkumpul pada hari tertentu untuk membersihkan semuanya, dan mencabut rumput liar. Ini bukan lagi tentang membawa rumah," kata Jovan Tacatani, seorang guru di sekolah di Vietnam yang sempat tinggal di Filipina, dikutip dari VOVWorld.
"Contoh lain, seperti yang mungkin pernah Anda dengar, Filipina sangat rawan terhadap angin topan. Setelah topan terjadi, orang berkumpul untuk membantu membersihkan daerah itu dan membangun kembali rumah-rumah. Itulah Bayanihan hari ini," paparnya.
(zlf/zlf)