Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita soal raksasa properti asal China yang bangkrut dan memiliki banyak utang ketika membuka Musyawarah Nasional (Munas) asosiasi pengembang perumahan Real Estat Indonesia (REI). Hal ini membuat Jokowi wanti-wanti para pengembang dalam berbisnis.
Diketahui, utang perusahaan properti China itu bahkan mengalahkan APBN Indonesia yaitu Rp 3.061 triliun. Jumlah utangnya sekitar Rp 4.400 triliun.
Walaupun industri properti disebut tahan banting, namun Jokowi tetap mewanti-wanti para pengembang dalam berbisnis. Hal itu agar para pengembang tak bernasib sama seperti perusahaan properti China tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita tahu, tidak semua sektor properti negara lain bisa bertahan karena COVID maupun ekonominya. Kita tahu di RRT ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita, sampai Rp 4.400 triliun. Utangnya 4.400 triliun rupiah. Sekali lagi lagi hati-hati mengenai ini, semuanya harus dikendalikan. Berapa backlog kita, jangan cuma bangun," tutur Jokowi dalam acara Munas Real Estate Indonesia di Hotel Sheraton, Gandaria, Jakarta Selatan, Rabu (9/8/2023).
Raksasa Properti China yang Disinggung Jokowi
Ternyata, raksasa properti China yang disinggung Jokowi yaitu Evergrande. Dari catatan detikcom, Dilansir Forbes, Evergrande adalah sebuah grup perusahaan induk investasi, yang bergerak dalam pengembangan, investasi, dan pengelolaan properti real estate. Perusahaan ini didirikan pada 26 Juni 2006 dan berkantor pusat di Shenzhen, China.
Dikutip dari situs resmi perusahaan, Evergrande Group saat ini memiliki delapan anak usaha yang bergerak di berbagai industri besar. Seperti Evergrande Real Estate, Evergrande New Energy Auto, Evergrande Property Services, HengTen Networks, FCB, Evergrande Fairyland, Evergrande Health, dan Evergrande Spring.
Perusahaan China ini lebih dikenal sebagai raksasa properti, khusus bisnis real estatenya saja sudah memiliki lebih dari 1.300 proyek di lebih dari 280 kota di China.
Dalam catatan detikcom, dari laporan CNN diketahui Evergrande pada 2021 lalu harus membayar bunga atas beberapa pinjaman bank. Pembayaran bunga dengan total lebih dari US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun (kurs dolar Rp 14.274) akan jatuh tempo pada akhir pekan ini.
Perusahaan juga menyebut penjualan aset properti yang dimiliki tidak mampu melunasi utang yang terlampau amat besar, yakni mencapai US$ 300 miliar atau sekitar Rp 4.500 triliun bila dihitung dengan kurs Rp 15.000/dolar AS saat ini.
Siapa pemilik Evergrande?
Mengutip Forbes, Hui Ka Yan adalah ketua Evergrande Group yang terdaftar di Hong Kong, salah satu pengembang real estat terbesar di China. Pada 2009, Evergrande memiliki lebih dari 800 proyek di 280 kota.
Sebelum mendirikan Evergrande, Hui bekerja sebagai teknisi di sebuah pabrik baja selama 10 tahun. Itu ia lakukan setelah lulus kuliah pada tahun 1982.
Pria berusia 62 tahun ini memulai Evergrande di Guangzhou pada tahun 1996 dan mulai mengambil properti dengan harga rendah di pasar kecil. Proyek pertamanya adalah Taman Jinbi.
Sementara itu, Putra Hui, Xu Zhijian, yang punya gelar MBA dari Universitas Tsinghua yang bergengsi, adalah wakil presiden di Evergrande.
Forbes mencatat, Hui masuk dalam daftar terkaya ke 53 di dunia. Sumber kekayaanya murni berasal bisnis real estate. Setidaknya, hingga hari ini, total kekayaan Hui Ka Yan mencapai US$ 11,5 miliar.
Berdasarkan data Refinitiv, Hui Ka Yan atau Xu Zhijian merupakan pemilik mayoritas saham Evergrande Group, dengan kepemilikan sahamnya mencapai 9,3 miliar saham atau 70,72% dari total saham.
(dna/dna)