Membeli rumah adalah impian seluruh pasangan untuk memperoleh hunian pribadi. Bagi sebagian orang, membeli rumah tua atau bekas adalah salah satu opsi yang menguntungkan untuk harga lebih terjangkau mengetahui bahwa harga rumah yang semakin ke sini semakin meningkat tajam. Membeli rumah tua atau bekas cukup layak dihuni setelah direnovasi kembali dan diketahui dapat dibeli dengan harga yang rendah dan nilai rumah tersebut dapat meningkat di masa depan.
Dikutip dari CNBC, Minggu (6/8/2023), sebuah pasangan yang lahir di Carolina Utara, yaitu Abby dan Trey Brothers sebelumnya tinggal di Baltimore, Maryland. Pasangan ini berencana untuk tinggal di rumah tempat mereka dibesarkan dan menemukan rumah yang cocok untuk ditinggal setelah mencari-cari di situs online. Pertama kalinya, mereka terpesona oleh rumah ini setelah melihat integritas struktural rumah, tangga besar, dan perabotan antik dan membelinya seharga US$ 155 ribu atau setara dengan Rp 2,325 miliar (kurs Rp 15.000/US$) pada tahun 2018
Lompatan Keyakinan
Awalnya mereka tidak berniat untuk membeli rumah besar yang sudah berusia lebih dari satu abad ini, tetapi Abby tertarik karena ada sejarah pada rumah "hampir dikutuk" ini. Konon katanya yang menempati rumah ini adalah keluarga industrialis kaya yang mendirikan beberapa kota di North Carolina dan membantu membawa rel kereta api ke negara bagian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika kami datang untuk melihat rumah tersebut pertama kalinya, kami tidak membutuhkan kunci atau makelar. Kamu dapat merangkak melalui jendela yang rusak atau cukup membuka pintu depan karena tidak ada kunci, tempat ini sudah tidak terawat dan sangat bobrok" kata Abby kepada CNBC.
Rumah yang terakhir kali ditempati pada tahun 1913 ini akhirnya direnovasi senilai sekitar US$ 268 ribu atau setara dengan Rp 4 miliar. Bagian paling mahal dari rumah ini justru dihabiskan melestarikan kembali elemen asli rumah, seperti lantai kayunya yang berusia 109 tahun.
"Penting untuk menjaga detail asli rumah karena itu adalah sejarah, rumah sekarang sudah tidak dibangun seperti tahun 1913. Detailnya tidak sama di sana dan jika Kamu ingin detail semacam itu di rumah sekarang, harganya akan sangat mahal," Ucap Abby
Ketika Abby dan Trey pergi untuk melihat rumah itu secara langsung, sisa-sisa sejarah itu tersebar di seluruh rumah kosong itu seperti perabotan, tumpukan majalah, bahkan ada konfeti seakan ada yang mengadakan pesta bertahun lamanya.
"Hampir semua jendela rusak, dapur lantai pertama tenggelam ke ruang bawah tanah dan ada kebocoran besar di atap," ucap Trey.
Melihat struktur asli rumah bata itu berpotensi diselamatkan. Pasangan ini langsung menghubungi kontraktor untuk memperbaiki pipa ledeng, listrik, dan proyek khusus lainnya. Dengan mengembalikan rumah bisa menjadi investasi yang menguntungkan, mereka langsung menyadari untuk melakukan "lompatan keyakinan" dan berencana untuk pindah tanpa pekerjaan yang terjamin.
Budidaya Sejarah
Untuk menjaga rumah tersebut menjadi semirip mungkin seperti pada zamannya. Mereka hanya melakukan perubahan kecil pada strukturalnya, seperti menambahkan kamar mandi di bawah tangga dan memperluas dapur serta kamar tidur utama. Sisanya sebagian besar rumah tersebut dipolesi ulang seperti semula. pasangan itu bersikeras untuk mempertahankan lantai kayu asli yang sudah roboh tersebut. Pintu, penerangan, dan perabotan asli dari tahun 1800-an juga dilestarikan kembali. Bagian favorit Trey yaitu tangga lebar di foyer depan adalah "kakek" yang perlu dipoles ulang dengan hati-hati untuk mempertahankan strukturnya.
Dapur lantai pertama mereka diperbarui dan ditambah alat-alat kebutuhan seperti mesin pencuci piring, oven ganda, lemari es, wastafel dua baskom, dan mesin cuci dan pengering di dapur. Renovasi rumah ini memakan waktu sekitar sembilan bulan untuk diselesaikan.
Rumahku Istanaku
Setelah semua renovasi yang dilakukan, rumah yang dibeli dengan harga US$ 155 ribu atau setara dengan Rp 2,3 miliar, kini rumah itu bernilai lebih dari US$ 900.000 atau setara Rp 13,5 miliar.
Namun, setelah menempati rumah ini mereka tidak punya rencana untuk meninggalkannya terutama mengingat komitmen atas finansial, waktu, dan emosional proyek. Sebaliknya, Abby dan Trey berharap kelak mewariskannya kepada anak-anak mereka seperti pemilik rumah ini di masa lampau.
"Kami memiliki niat untuk tinggal di sini selamanya. Saya tidak berpikir Kamu menaruh banyak cinta dan pekerjaan di suatu tempat kemudian berpikir 'Saya tidak menginginkannya lagi," ucap Abby.
Keluarga Brothers sudah tinggal di rumah itu selama tiga tahun setelah diperbarui. Total biaya saat ini untuk rumah ini sekitar US$ 2.685 atau sekitar Rp 40 Juta per bulan untuk KPR, pajak properti, dan asuransi, dan di bawah US$ 400 atau setara dengan Rp 6 Juta per bulan untuk utilitas.
(dna/dna)