Roti Tan Ek Tjoan yang sudah jadi legenda di ibu kota menyimpan sengketa hingga Mahkaham Agung. Sengketa ini melibatkan cucu dari Tan Ek Tjoan dan keponakan dari Tan Ek Tjoan.
Keduanya terlibat gugatan terkait penggunaan logo dan gambar merek Tan Ek Tjoan.
Roti Tan Ek Tjoan sendiri sudah berusia seabad menemani masyarakat Indonesia. Awalnya, usaha roti ini dimulai di sebuah rumah 3 lantai. Begini penampakannya
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari detikX, Roti Tan Ek Tjoan didirikan pada 1921 di Bogor, Jawa Barat. Usaha roti ini tepatnya didirikan di sebuah rumah di Jalan Suryakencana, Bogor.
Pada mulanya Tan Ek Tjoan merintis usaha roti di Bogor. Istrinya, Phia Lin Nio, pandai membuat roti. Sedangkan Tan Ek Tjoan membantu penjualan roti dari segi bisnis. Kala itu banyak orang Belanda yang menjadi pelanggan sehingga roti Tan Ek Tjoan juga dapat cepat berkembang. Bahkan, ketika Tan Ek Tjoan meninggal, usaha rotinya semakin maju.
Istrinya Tan Ek Tjoan membuka cabang baru di Cikini pada 1950-an. Hasilnya, usaha roti tersebut makin besar.
Wakil Presiden RI Mohammad Hatta termasuk salah satu yang pernah mencicipi roti yang memiliki ciri khas bertekstur keras itu. Seperti dikisahkan Mangil Martowidjojo dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno, Bung Hatta menyempatkan diri berhenti di depan toko roti Tan Ek Tjoan di Bogor. Ia menyuruh Sardi, pengawalnya, untuk membeli roti. Uang Rp 5 diberikannya, sementara Sardi membeli roti seharga Rp 3,75.
![]() |
Rumah 3 lantai itu menjadi saksi bersejarah lahirnya roti legenda Tan Ek Tjoan. Dikutip dari Bogor Tempo Doeloe, sebuah rumah 3 lantai bercat putih berdiri tegak di jalan Suryakencana, Bogor. Bagian fasad rumah ini memiliki ornamen kaca berbentuk kotak-kotak kecil. Terdapat juga balkon di lantai dua dan tiga. Rumah ini berada tepat di pinggir jalan Suryakencana.
Sementara pada bagian kanan rumah terpasang plang bertuliskan 'Tan Ek Tjoan berwarna merah memanjang vertikal. Bangunan ini bisa jadi sudah mengalami peremajaan, karena dari penelusuran detikProperti, sebelumnya beredar potret rumah yang sama namun tampak lebih tua dan jadul. Nama Roti Tan Ek Tjoan pun ditulis dalam bahasa Belanda yakni 'BROODBAKERIJ TAN EK TJOAN' yang berarti 'Roti Tan Ek Tjoean '. Sementara di bagian balkon tertulis 'HET SNOEPHUIS yang berarti 'Rumah Permen'
Sebelumnya diberitakan, Roti Tan Ek Tjoan menyimpan sengketa hingga Mahkamah Agung (MA).
Sebagaimana dikutip dari putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) dan kasasi yang dilansir website-nya,Selasa (1/8/2023), gugatan dilayangkan cucu Tan Ek Tjoan, Alexandra Salinah Tamara. Alexandra kini tinggal di Belanda.
Alexandra menggugat Kemenkumham dan Lydia Cynthia Elia. Di mana Lydia adalah anak Ongke Hanna Elia (adik Tan Ek Tjoan).
Disebutkan, Alexandra dalam bisnis roti itu menggunakan logo dan gambar merek Tan Ek Tjoan klasik, yakni hanya tulisan merah dengan latar warna putih dan mahkota di atas tulisan. Sedangkan pihak Lydia menggunakan simbol atau gambar koki sedang memanggang roti bertulisan 'Tan Ek Tjoan' dengan latar warna kuning dan cokelat.
Selengkapnya baca di sini
(zlf/dna)