Pada semester pertama 2023, permintaan rumah tapak kelas atas di Jabodetabek mengalami peningkatan. Sebanyak 77% permintaan rumah tapak kelas atas berasal dari end-user atau pembeli, paling banyak dari pemilik rumah pertama dan keluarga yang mencari hunian yang lebih besar sesuai kebutuhan.
Sebagai informasi, pada semester ini, segmen masyarakat menengah tetap mendominasi dalam hal permintaan rumah tapak yaitu 26% dari total permintaan. Meski demikian, segmen masyarakat kelas atas juga terus menunjukkan peningkatan permintaan yang mewakili sekitar 23,9% dari total unit yang terjual.
Hal ini berdasarkan laporan Marketbeat Greater Jakarta Landed Residential H1 2023 yang dikeluarkan oleh Cushman & Wakefield, dikutip Senin (31/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada semester pertama ini, wilayah Jabodetabek menunjukkan tingkat rata-rata penyerapan bersih bulanan sebanyak 20,1 unit per perumahan. Hal ini menurun 20,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka tersebut sebanding dengan nilai serapan rata-rata sebesar Rp 41,8 miliar per perumahan per bulan. Walaupun nilai ini mencerminkan penurunan 8% tahun ke tahun (year on year) dibandingkan tahun sebelumnya, namun tetap relatif stabil dibandingkan semester sebelumnya (+4% HoH/semester ke semester) yang menunjukkan daya beli yang menjanjikan dalam pasar.
Adapun, nilai transaksi rata-rata per unit sekitar Rp 2,08 miliar. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 15,6% dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2022.
Bekasi mempertahankan posisinya dengan tingkat serapan rata-rata tertinggi per perumahan, mencatat rata-rata 27,9 unit per bulan. Lalu, diikuti oleh Tangerang dengan sekitar 21,4 unit per perumahan per bulan.
"Meskipun program insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pemerintah berakhir pada September 2022, para pengembang di sektor perumahan tetap aktif terlibat dan diperkirakan akan terus meluncurkan produk-produk baru karena permintaan yang kuat dan berkelanjutan yang mereka alami," tulis laporan tersebut.
Di sisi lain, banyak bank yang terus meringankan regulasi kredit mereka, sementara para pengembang aktif mengenalkan metode pembayaran yang kompetitif, seperti program angsuran uang muka dan kredit pemilikan rumah ekspres.
Meski demikian, kredit pemilikan rumah (KPR) tetap menjadi metode pembayaran yang lebih disukai pada semester ini, mencakup 74,1% dari transaksi. Selanjutnya, diikuti oleh pembayaran tunai dalam angsuran sebesar 15,2% dan pembayaran tunai penuh sebesar 10%.
(zlf/zlf)