.webp)
Tren work from home (WFH) di Amerika Serikat membuat sejumlah gedung perkantoran sepi. Saking sepinya, gedung perkantoran di sana bak kota hantu.
Dilansir Business Insider, Jumat (21/7/2023), kota di Washington DC yang merupakan pusat pemerintahan sedang mengalami krisis kebanyakan kota-kota di Amerika. Sejak tren bekerja remote atau work from home marak beberapa waktu lalu imbas COVID-19, kini kondisi kota kian sepi. Bahkan pemerintah setempat tengah berupaya untuk mengembalikan kondisi seperti semula.
Penyewa kantor besar memilih untuk berhemat atau melepaskan sewa mereka, membuat industri real estat komersial menjadi kacau balau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan kota lain di Amerika Serikat, kebanyakan perkantoran di Washington DC dimiliki oleh satu tuan tanah: pemerintah.
Sebuah laporan yang dirilis minggu lalu oleh Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS menemukan bahwa 17 dari 24 kantor pusat agen federal - hampir semuanya berada di DC - menggunakan rata-rata hanya 25% dari kapasitas bangunan mereka selama tiga minggu di bulan Januari, Februari, dan Maret. . Secara keseluruhan, tingkat pemanfaatan di seluruh kantor pusat berkisar antara 10% hingga 50%.
Ruang yang tidak terpakai di gedung perkantoran federal telah lama menjadi masalah, tetapi masalahnya telah meningkat sejak hampir setengah dari dua juta pegawai federal pindah ke pekerjaan jarak jauh.
David Marroni, pejabat direktur tim infrastruktur fisik GAO, memperkirakan tingkat penggunaan gedung akan rendah.
"Semua 24 agensi memiliki ruang ekstra dan perlu mencermati ruang apa yang mereka butuhkan untuk maju dan kemudian bergerak ke arah itu dengan cepat," katanya.
Sementara itu, Walikota Washington DC Muriel Bowser telah membunyikan lonceng peringatan tentang krisis pusat kota. Dia mendesak Gedung Putih untuk mengembalikan pegawai federal ke kantor, atau menyerahkan ruang gedung mereka ke kota atau entitas swasta mana pun yang bersedia merevitalisasinya.
(zlf/dna)
