Pasar properti segmen apartemen pada kuartal I 2023 belum benar-benar pulih. Berbeda dengan segmen perkantoran yang bergeliat seiring dengan berakhirnya pandemi, pasar apartemen melambat hingga mengakibatkan penurunan tingkat hunian.
Berdasarkan laporan yqng dirilis oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), hal itu juga didorong oleh penambahan proyek apartemen baru, yang melebihi pertumbuhan unit yang dihuni. Hal tersebut diakibatkan adanya penambahan proyek apartemen baru
Tingkat hunian yang dilayani apartemen di Jakarta adalah 58.5%, turun 4.4% QoQ. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya kenaikan biaya sewa di CBD dan Jakarta Selatan (termasuk wilayah Non-prime) Tarif sewa apartemen untuk wilayah CBD berada di kisaran Rp 444.943 per m2 per bulan mengalami kenaikan sebesar 10.6% pada kuartal I-2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk wilayah Jakarta Selatan (termasuk wilayah non-prime) naik tipis 0.3% menjadi Rp 369.911 per m2 per bulan. Kenaikan sewa mengalami peningkatan karena naiknya biaya operasional dan sentimen pasar pada tahun 2023. International chain operator memilih untuk menaikkan tarif sewanya karena mengikuti kebijakan daerah, sedangkan local chain operator memilih untuk mempertahankan biayanya agar dapat menarik penyewa.
Pada 2023 diperkirakan akan mengalami peningkatan perlahan akibat sudah memasuki masa endemi, akan permintaan yang berlanjut pada apartemen karena meningkatnya corporate travel yang menyediakan keperluan perjalanan dinas oleh perusahaan. Hal ini juga didukung dengan tarif yang unit yang ringkas, tarif terjangkau, layanan 24 jam, dan syarat yang mudah. Namun, masih tingginya tekanan perekonomian global bisa saja menyebabkan turunnya tingkat huni apartemen di Jakarta.
Sementara di Surabaya, tingkat hunian melonjak signifikan sebesar 6,5% HoH menjadi 52,1%.
Penggerak utamanya adalah rekreasi domestik dan permintaan perusahaan lokal, karena banyak kelompok dari perusahaan atau pemerintah biasanya mengadakan pertemuan atau seminar sekitar akhir tahun fiskal di awal Desember.
Sebagian tenant lokal yang sudah lama tinggal mulai berdatangan ke Surabaya untuk sementara menggantikan ekspatriat asing. Namun demikian tetap kalah jumlah dengan penyewa apartemen jangka pendek yang datang untuk liburan.
Selain itu, terjadi peningkatan permintaan tingkat hunian yang melonjak dari ekspatriat yang sedang mencari apartemen sehingga menyebabkan kenaikan tarif sewa apartemen. Pada semester II-2022 rata-rata sewa apartemen di Surabaya meningkat menjadi Rp 335.449 per m2 per bulan atau sebesar 2.7% dibandingkan dengan semester sebelumnya. Diperkirakan akan terjadi penurunan permintaan apartemen di Surabaya akibat tekanan ekonomi global saat ini.
(zlf/zlf)