Namun demikian, menurut Pengamat Properti Anton Sitorus, bisnis properti tidak selalu memiliki harga yang meningkat. Kadang kala, harga properti juga bisa turun.
"Pada prinsipnya properti itu sama aja kayak bisnis yang lain, ada naik turunnya," ungkapnya kepada detikcom belum lama ini.
"Cuma memang, selama ini orang melihat properti harganya naik terus kan, tapi nggak juga. Banyak juga yang harganya terkoreksi," sambungnya.
Salah satu contohnya adalah ketika terjadi pandemi COVID-19. Anton mengatakan, saat itu ada banyak properti yang mengalami penurunan harga.
Senada, Pengamat dan Ahli Properti Steve Sudijanto mengatakan, terkait naiknya harga properti itu karena ada hukum ekonomi, yaitu jika banyak permintaan maka harganya akan meningkat. Terlebih lagi terkait rumah dan apartemen.
"Jadi harga rumah itu, seiring dengan supply and demand, pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kegiatan di kawasan tersebut, jika di kawasan tersebut ada kegiatan ekonomi dan populasi meningkat, itu pasti harga properti akan naik," paparnya kepada detikcom.
Menurut Steve, harga rumah tapak memang akan terus meningkat seiring dengan adanya keterbatasan lahan. Sementara untuk hunian vertikal seperti apartemen, tidak semua harga propertinya naik.
"Ya ada orang yang salah beli karena lokasinya, demandnya nggak tinggi, nggak favoritlah daerahnya untuk jadi tempat tinggal," kata Steve.
Jadi, harga properti nggak melulu naik. Bisa juga turun karena beberapa faktor. Apa saja faktor yang bikin harga properti turun? Kalian bisa cek di artikel selanjutnya ya detikers!
(zlf/zlf)