Berikut ini merupakan tipe-tipe rumah yang ada di Menteng.
Tipe Tosari
![]() |
Rumah tipe ini beratap perisai dengan teritis Jebar. Atap tersebut terdiri dari satu atap utama yang besar serta anak atap di bagian depan dan/atau samping, yang juga merupakan atap perisai dengan sudut kemiringan sekitar 45Β°.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tipe Tosari dibangun dalam lahan hijau dengan taman depan. Untuk menikmati keindahan taman tersebut, selalu terdapat teras (beranda) di depan rumah. Teras ini dibatasi tembok rendah setinggi 75-80 cm, yang terbuat dari batu kali atau bahan seperti teraso yang berkesan alami.
Selain tembok rendah, biasanya pada teras terdapat kolom yang menyangga atap teras tersebut. Kolom ini memiliki keunikan berupa profil plesteran sebagai pemanis di bagian atasnya. Pintu masuk utama terdiri dari dua daun pintu kayu jati yang membuka ke arah teras. Pintu dan jendela biasanya dihiasi kaca timah yang berpola geometris. Rumah ini biasanya terdapat di area Jl. Kusumaatmadja hingga Jl. Sumenep.
Nah, rumah tipe Tosari di Jl. Sumenep biasanya lebih sederhana. Di bagian depan selalu ada teras yang bagian dari rumah induk. Dari segi artistik, rumah ini sangat sederhana namun asri dan jarang memiliki elemen dekoratif dibanding tipe-tipe rumah Menteng lainnya.
Tipe Madura
![]() |
Rumah tipe ini berukuran cukup besar sehingga terkesan lebih merah dibanding tipe Tosari. Biasanya, rumah tipe ini berada di Jl. Moh. Yamin dan Jl. S. Syahrir.
Di bagian halamannya terdapat paviliun yang terdapat di seberang rumah induk. Paviliun bisa berfungsi sebagai tempat untuk tamu.
Rumah tipe ini memiliki plafon tinggi karena ukurannya yang juga besar sehingga udara di dalam ruangan terasa sejuk. Pintu maupun jendela terbuat dari kayu jati dan diisi kaca timah berwarna dengan pola dekoratif. Pada dinding luar bagian atas sering terdapat tonjolan dinding bata berprofil, yang membentuk garis-garis horizontal, sementara bagian bawah merupakan dinding batu kali setinggi 80-90 cm. Di beberapa tempat dinding berbatu kali bahkan lebih tinggi, hingga mencapai bagian atas tembok.
Tipe Rumah Bertingkat
![]() |
Rumah tipe ini pertama kali dibangun dalam jumlah banyak pada akhir 1930-an. Nah, yang dijumpai kala itu ada yang sederhana ada juga yang mewah. Untuk yang sederhana biasanya tidak menggunakan elemen dekoratif, namun pintu dan jendela tetap menggunakan kaca patri dengan pola menarik.
Sementara itu, untuk rumah tingkat yang mewah biasanya dilengkapi oleh balkon, teras, serta atap yang bentuk maupun letaknya memperindah bangunan.
Tipe Vila
![]() |
Vila biasanya berlantai satu dan memiliki tampak yang indah. Di samping menjaga keseimbangan komposisi dengan simetri tampak mukanya, bangunan dihias dengan elemen-elemen dekoratif seperti kaca patri berwarna, plesteran berprofil, batu kerawang dan lain-lain.
Rumah terletak di dalam halaman luas dan berhadapan dengan jalan masuk berbentuk setengah lingkaran. Ujung kiri dan kanan merupakan gerbang masuk dan keluar halaman rumah. Jalan seperti ini hanya mungkin bila halaman depan luas.
Di belakang rumah masih terdapat kebun luas dan sebuah paviliun serta bangunan tambahan lain, yang berisi kamar
pembantu, kamar mandi, gudang, dapur, dan lainnya.
Rumah dengan Bentuk Atap Khusus
Biasanya, rumah di Menteng menggunakan atap perisai dan atap pelana. Namun, ada juga beberapa rumah yang menggunakan atap tipe lainnya. Berikut ini informasinya.
Atap Curam
Kemiringan atap sekitar 60Β° membuat rumah tipe ini tampak unik dan menarik. Ruang di bawah atap biasanya dimanfaatkan sebagai lantai atas berisi kamar-kamar tidur. Jendela dari kamar-kamar itu disebut dormer window, yang sering terdapat pada suatu atap tersendiri yang menjorok keluar.
Rumah-rumah ini tidak memiliki susunan ruang dan tata-letak yang seragam, karena tidak dibangun bersamaan pada satu lokasi. Walau demikian, umumnya memiliki kesamaan seperti adanya teras di depan rumah serta jendela pada atap. Pada beberapa rumah, selain dormer window juga terdapat balkon di lantai atas.
Atap Mansard
![]() |
Atap mansard memiliki garis tekukan/patahan pada arah horizontal sehingga membentuk dua bidang dengan derajat kemiringan berbeda. Nama atap ini merujuk pada penemunya, yakni H. Mansard (1708), yang merancang Istana Versailles (Paris) dengan menggunakan atap mansard untuk pertama kalinya
Atap mansard kadang kala menaungi suatu teras luas yang umumnya segi enam atau segi delapan, yang dibatasi kolom-kolom bulat. Bentuk atap teras mengikuti ruang di bawahnya yang bersegi banyak sehingga turut memiliki tekukan pada arah vertikal sesuai jumlah sudut ruang.
Adanya kekhususan bentuk teras, kolom-kolom dan atap pada rumah tipe ini sangat mempengaruhi keindahannya. Teras depan yang berada persis di tengah rumah menjadi ruang penerima tamu yang amat menarik.
Atap Pelana Dekoratif
Atap pelana menjadi unsur penting yang menentukan nilai artistik rumah gaya ini.
Hiasan atap pelana juga muncul dalam bentuk ukiran kayu, yang dipasang pada muka dinding sopi-sopi atau dinding segitiga pada atap pelana. Ukiran ini menampakkan pola tumbuhan seperti daun dan bunga.
Kekhasan pola maupun material kayu pada elemen dekoratif ini memperlihatkan pengaruh Victorian Style, yang menjadi trend antara tahun 1837-1901, meskipun di Batavia muncul dalam bentuk yang lebih sederhana.
Tipe Rumah Terinspirasi dari de Stijl
![]() |
Pada umumnya atap besar mendominasi tampak luar rumah-rumah di Menteng. Akan tetapi, pada tipe ini atap merupakan plat beton mendatar saja. Rumah tipe ini berlantai dua, dengan dimensi yang menunjukkan bahwa ruang-ruang dalam rumah ini cukup luas.
Sedikit di bawah atap datar tersebut terdapat plat beton yang berfungsi sebagai atap teritis, yang mengelilingi badan bangunan pada ketinggian di atas jendela atau lobang ventilasi. Atap teritis tersebut memperkuat pengaruh horizontal pada tampak bangunan ini. Garis horizontal lain muncul dalam bentuk pagar pembatas balkon di lantai kedua, yang kadang-kadang terbuat dari besi bulat.
Banyak Bangunan Beralihfungsi
Menteng saat ini tidaklah sama seperti pada awal dibangun. Kini, bangunan-bangunan tua di Menteng banyak yang beralihfungsi. Salah satu alasannya karena pajak bangunan yang harus dibayarkan cukup besar, bahkan bisa mencapai ratusan juta Rupiah.
Asep sangat menyayangkan hal tersebut terlebih lagi kawasan Menteng termasuk cagar budaya.
"Jadi artinya, Menteng itu kan masuk cagar budaya ya, yang dilindungi oleh undang-undang, dilindungi oleh SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 tahun 1993, yang disesalkan adalah banyak gedung tua hancur, dihancurkan, dibangun ruko. Karena itu tadi, orang tuanya sudah meninggal menjadi harta warisan, anak-anaknya nggak kuat bayar pajak karena gede-gede sehingga harus dijual," tuturnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/abr)