Di tengah gempuran arsitektur modern dari mancanegara, Indonesia ternyata punya gaya khasnya sendiri, lho. Gaya bangunan zaman dulu itu disebut arsitektur jengki. Meski sudah jarang dijumpai, masih ada rumah dengan arsitektur jengki di tengah Jakarta.
Dilansir dari situs Kemenparenkraf, Senin (17/2/2025), jengki merupakan arsitektur asli Indonesia yang muncul sekitar 1950-1970 silam. Arsitektur jengki merupakan bentuk perlawanan pada pengaruh arsitektur gaya Eropa yang identik dengan 'penjajah'.
Tim detikcom pun berkesempatan untuk mengunjungi rumah 'jadul' itu belum lama ini, tepatnya di kawasan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rumah arsitektur jengki ini masih berdiri kokoh dan kini disulap menjadi cafe 7 Speed Coffee.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah tempo dulu itu tampak begitu unik, terutama dari geometri bangunannya. Bagian yang paling mencuri perhatian adalah atap beserta fasad lantai dua. Atapnya berbentuk pelana dan dindingnya miring, sehingga membentuk segi lima yang eksentrik.
![]() |
Kemudian, terdapat tiga lubang ventilasi bulat yang disusun secara vertikal pada fasad. Tak hanya menambah kesejukan rumah, elemen ini menambah estetika rumah. Lalu, bagian teras juga dibatasi dengan roster.
Selain itu, rumah ini menggunakan teralis model belah ketupat. Teralisnya menutupi jendela dan pintu masuk cafe. Jendela dan pintu rumah ini menggunakan kaca.
Di dalam rumah, tampak setiap ruangan yang cukup luas. Langit-langitnya pun tinggi, sebagaimana kebanyakan bangunan zaman dulu di Indonesia.
Tim detikcom berkesempatan menghubungi pengelola 7 Speed Coffee bernama Muhammad. Ia mengungkapkan rumah tersebut milik seorang nenek dan sudah lama tidak ditempati. Pihaknya pun mulai menyewanya melalui seorang agen pada kuartal IV 2020.
"Sebenernya 7 Speed pengin punya karakteristik sendiri dari suatu tempat gitu ya dari coffee shop. Mungkin juga secara nggak sengaja waktu itu ketemulah rumah ini karena lagi sepedaan lagi muter (di kawasan Panglima Polim)," ujar Muhammad kepada detikcom, Minggu (17/2/2025).
Ia menyebut rumah tersebut memiliki luas bangunan sekitar 460 meter persegi dan luas tanah 700 meter persegi. Kondisi tersebut sempat hancur terbengkalai, tetapi sudah dirapikan oleh pemilik sebelum ia menyewa tempat.
![]() |
"Pas masuk ke dalamnya juga dapet ambience-nya bahwa saya lagi nggak ada di Jakarta nih. Ketika masuk rumah ini jadi kayaknya ini saya lagi datang ke rumah nenek," tutur Muhammad.
Sebelum dijadikan cafe, Muhammad mengatakan rumah tersebut memiliki carport, ruang keluarga, kamar asisten rumah tangga (ART), dapur dan ruang makan dekat halaman belakang, serta tiga ruangan di lantai dua.
Menurutnya, rumah tersebut termasuk salah satu bangunan pertama saat perumahan dibangun. Ia tak tahu pasti kapan rumah tersebut dibangun, namun diperkirakan sudah ada sejak tahun 1960-an.
"Saya pernah ngeliat ada panel listrik ada di suatu pojokan lah di rumah ini itu kayak tahun 60-an kayaknya masih ada tulisan Belanda," ucapnya.
Untuk mengubah rumah jadul menjadi cafe, ia melakukan renovasi selama enam bulan. Saat itu tengah pandemi COVID-19 dan diterapkan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sehingga proses renovasi terhambat.
Muhammad menyebutkan beberapa material bangunan sebelum renovasi antara lain genteng spandek dan rangka kayu. Beberapa rangka kayu tersebut kini sudah ia ganti dengan baja ringan.
Kemudian, dinding rumah terbuat dari dua lapis bata merah. Menurutnya, kualitas bata merah zaman dulu berbeda karena lebih kuat dan tebal. Ia sempat sulit menghancurkan dinding untuk membuat akses yang menyambungkan antar ruangan.
"Bangunan 7 Speed mungkin kita pertahanin yang ada. Jadi kita cuma jebol-jebol tembok doang tapi secara struktur bangunan segala macem nggak ada yang kita ubah sebenarnya," katanya.
Teralis rumah dan sejumlah kusen kayu masih dipertahankan. Adapun kusen yang sudah lapuk dan dimakan rayap sudah diganti.
Carport rumah diubah menjadi area masuk utama dengan bar. Ia pun mengganti atapnya menggunakan polikarbonat. Lalu, sebagian lantai rumah ia ganti dan melapisinya dengan epoxy.
Muhammad juga mengecat ulang bangunan. Ia juga menambah elemen warna hijau dan kuning untuk menyesuaikan dengan panduan brand cafenya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/dhw)