Meski Hanya Pakai Kayu, 5 Rumah Tradisional Ini Terbukti Tahan Gempa!

Meski Hanya Pakai Kayu, 5 Rumah Tradisional Ini Terbukti Tahan Gempa!

Almadinah Putri Brilian - detikProperti
Minggu, 13 Okt 2024 07:11 WIB
Melancong ke Sumatera Barat, belum lengkap bila tak singgah di rumah tradisional Minangkabau yakni Rumah Gadang. Salah satu yang ikonik ada di Payakumbuh.
Rumah Gadang. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Indonesia adalah terkenal sebagai negara yang kaya akan budaya. Salah satunya buktinya adalah setiap Provinsi di Indonesia memiliki jenis rumah tradisional masing-masing. Padahal dahulu kehadiran arsitek belum sebanyak saat ini, bahkan dulu untuk mendapat referensi bentuk bangunan sangat terbatas. Bentuk rumah tradisional di Indonesia ini tercipta dari kearifan lokal.

Tahukah kamu, beberapa rumah tradisional di Indonesia disebut tahan gempa lho. Padahal kamu tahu jika rata-rata rumah adat tidak memakai beton sebagai fondasi, melainkan kayu, tanah liat, bambu, ijuk, jerami, ilalang, dan bahan alami lainnya.

Penasaran, rumah tradisional apa saja yang tahan gempa? Berikut daftarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Rumah Tradisional Sumatera Utara

Rumah Adat Nias Omo Hada Foto: Rumah Adat Nias Omo Hada (Dok. Kemdikbud)

Omo Hada merupakan sebutan untuk rumah tradisional Suku Nias dari Sumatera Utara. Melansir dari detikTravel, menurut pendiri Museum Pusaka Nias, Johannes Hammerle Omo Hada merupakan bangunan yang tahan gempa.

"Nias itu unik, contohnya adalah Omo Hada, rumah adat yang tahan gempa," kata Johannes Hammerle seperti yang dikutip pada Sabtu (12/10/2024).

ADVERTISEMENT

"Keunikannya adalah tiang-tiang penyangga rumahnya tidak beraturan arahnya. Ada yang ke atas, ke bawah, ke samping. Itulah yang membuatnya tahan dari gempa," paparnya.

Tiang-tiang Omo Hada dipasang bersilang seperti huruf 'X'. Tiang-tiang yang terbuat dari kayu ini memiliki berukuran yang besar. Uniknya, bangunan Omo Hada tidak memakai paku sama sekali sebagai penahan dari gerakan. Kaki-kaki bangunannya hanya dipasak. Meski begitu, rumahnya tetap kokoh dan tentu tahan gempa.

Kini keberadaan rumah tradisional ini hanya berada di Desa Tumori, Kecamatan Gunungsitoli Barat dan Desa Bawomataluo di bagian Nias Selatan.

2. Rumah Tradisional Sumatera Selatan

Rumah Ulu Rumah Adat Sumatera Selatan Foto: Kemdikbud RI

Ternyata rumah tradisional yang tahan gempa kedua berada di Sumatera Selatan. Rumah ini bernama Rumah Ulu dan bisa ditemui di daerah Ogan Komering Ulu (OKU) atau di Museum Balaputra Dewa, Palembang, Sumatera Selatan.

Pemandu Museum Balaputra Dewa, Beny Pramana Putra menyampaikan desain struktur pondasinya yang merupakan rumah panggung adalah kunci bangunan tersebut tidak mudah roboh sewaktu gempa, tidak seperti rumah panggung biasa, ataupun rumah Limas.

"Rahasianya ada di sini, di pondasi. Tiangnya diletakkan di atas tumpukan batu, sehingga batu itu berfungsi seperti roda. Kalau ada gempa, rumah ini hanya akan bergoyang saja, tidak akan roboh," terang Beny seperti dikutip dari detikTravel.

Fondasi rumah yang memakai kayu juga berperan dalam meredam goncangan gempa. Sebab, di rumah ini terdapat 3 buah patahan kayu, yang disusun secara khusus, guna mengurangi efek getaran gempa.

"Kayu ini ada 3 patahan yang disusun seperti ini, fungsinya untuk meredam goncangan dan menyebarkannya ke berbagai arah. Walaupun satu roboh, yang lain tetap bisa menopang," tuturnya.

3. Rumah Tradisional Aceh

Rumah Adat Aceh Foto: Kemendikbud

Lagi-lagi di kawasan Sumatera, kali ini rumah tradisional yang tahan gempa berasal dari Provinsi paling Barat di Indonesia yakni Rumoh Aceh. Kamu bisa melihatnya di Kompleks Museum Aceh.

Sama seperti rumah-rumah sebelumnya, Rumoh Aceh memakai material kayu. Rumah panggung ini ditopang oleh 16-24 tiang yang di dalamnya bisa memuat 3-5 ruangan.

"Kayu yang dipakai untuk membuat rumah itu menggunakan kayu seumantok," kata budayawan Majelis Adat Aceh (MAA) Tarmizi Abdul Hamid saat berbincang dengan detikcom pada beberapa waktu lalu.

Untuk mempererat kayu-kayu itu, nenek moyang orang Aceh tidak menggunakan paku, besi atau pun beton. Tapi kayu lubangi, dipahat dan kemudian diberi pengait. Teknik saling kait-mengait ini bertujuan untuk meredam getaran sehingga tidak mudah roboh akibat gempa.

"Bukan orang Aceh tidak mampu buat rumah beton dahulu. Tapi karena Aceh dikepung oleh bencana gempa (makanya rumah kayu)," jelas pria yang akrab disapa Cek Midi ini.

Untuk membuktikan rumah Aceh tahan terhadap gempa, pernah dilakukan uji secara laboratorium melalui miniatur kecil dan perhitungan program SAP 2000. Widosari dalam jurnal ilmiahnya "Mempertahankan Kearifan Lokal Rumoh Aceh dalam Dinamika Kehidupan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami" pernah mengulas soal ketangguhan rumah Aceh.

Berdasarkan uji coba tersebut, diperoleh hasilnya yaitu rumah Aceh terbukti mampu bertahan dari gempa karena struktur utama yang kokoh dan elastis. Kunci kekokohan dan keelastisan ini terletak pada hubungan antar struktur utama yang saling mengunci, hanya dengan pasak, tanpa paku, serta membentuk kotak tiga dimensional yang utuh (rigid).

"Keelastisan ini menyebabkan struktur bangunan tidak mudah patah, namun hanya terombang-ambing ke kanan kiri yang kemudian kembali tegak atau pun bangunan terlikuifaksi (terangkat ke atas) yang kemudian mampu jatuh kembali ke tempat semula," tulis Widosari dalam jurnal yang dipublikasi Local Wisdom.

4. Rumah Tradisional Sumatera Barat

Sudah Kangen Kampung? Yuk Lihat Rumah Adat Minangkabau Foto: Rifkianto Nugroho

Kamu pasti sudah sering melihat desain rumah tradisional Sumatera Barat yakni rumah Gadang. Ternyata di balik desainnya yang unik, rumah ini juga tahan gempa lho.

Seperti yang diketahui, rumah Gadang memiliki tiang yang tidak tegak lurus tetapi miring menyerupai kapal. Desain tiang ini ternayata sengaja dibuat seperti itu karena Sumatera Barat merupakan daerah rawan gempa.

Desain rumah seperti kapal ini jika terjadi gempa, hanya akan bergetar mengikuti gerakan gempa ayunannya. Detail lainnya yang membuat rumah Gadang tahan gempa adalah di setiap tiang diletakkan batu besar dan rata di bagian atas atau sendinya.

Pada setiap tiang di rumah gadang, diletakkan batu yang besar dan rata di bagian atasnya atau disebut sandi. Sandi ini digunakan sebagai penyangga antara tiang dan tanah.

"Rumah Gadang pasti nggak pakai paku. Jadi semua pakai pasak kayu," kata Kepala Kaum Koto Tedi Rahmat beberapa waktu lalu, dikutip dari detikTravel.

5. Rumah Tradisional Jawa Barat

Rumah rangken Indramayu yang hampir punah. Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Terakhir, Rumah Rangken di Indramayu, Jawa Barat termasuk ke dalam rumah tradisional yang tahan gempa. Pemerhati Budaya Indramayu, Ucha M Sarna menuturkan, semua material rumah Rangken ini menggunakan bahan-bahan alami. Setiap bagian material bangunan, terdiri dari dinding geribig bambu, atap menggunakan bahan dari pohon jembatu atau daun nipah.

"Karena masyarakat memanfaatkan hasil alam sekitar seperti pohon jembatu atau daun nipah juga bambu serta kayu kelapa maupun kayu lainnya," ujarnya seperti dikutip dari detikJabar.

Model rumah Rangken berbentuk limasan dan pada setiap sudutnya tidak memakai paku atau material besi lainnya.

"Cara berpikir dulu, tempat tinggal yang penting nyaman dan aman. Bahkan, banyak mengatakan bahwa rumah rangken tahan bencana gempa meski dibangun dengan cara teknologi tradisional," paparnya.




(aqi/aqi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads