Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Istana ini kerap dipakai sebagai tempat tinggal presiden, termasuk Presiden Joko Widodo.
Istana dengan luas 14.890 m2 ini berdiri di atas lahan seluas 28,86 hektare. Ternyata dalam pembangunannya, Istana Bogor memiliki sejarah yang panjang, bahkan bangunan ini juga sering direnovasi.
Pembangunan Istana Kepresidenan Bogor atau Istana Bogor ini bermula dari pencarian orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia atau Jakarta untuk tempat peristirahatan. Para pekerja tersebut beranggapan Batavia terlalu panas dan ramai sehingga perlu tempat yang berhawa sejuk di luar Batavia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari situs Kementerian Sekretariat Negara, Selasa (13/2/2024), Gubernur Jenderal Belanda G.W. Baron Van Imhoff melakukan pencarian tempat tersebut dan menemukan tempat strategis di sebuah kampung yang bernama Kampung Baroe pada 1744. Akhirnya pada 1745 pun mulai dilakukan pembangunan. Baron van Imhoff memberikan nama Buitenzorg pada daerah sekitar Istana bogor, yang berarti bebas dari masalah atau kesulitan.
Gubernur Jenderal van Imhoff membuat desain bangunan sendiri yang mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford, Inggris. Dikutip dari Ensiklopedia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud), bangunan ini akan memiliki 3 lantai yang lengkap dengan halaman luas dan terbuka. Akan tetapi, Gubernur Jenderal van Imhoff belum mampu menyelesaikan pembangunan selama masa jabatannya pada 1745-1750.
Pada 1750, Istana Bogor mengalami rusak berat karena ada pemberontakan perang Banten di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang pada 1750-1754. Akibatnya, bangunan tersebut diperbaiki kembali dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811), gedung itu diperluas dengan melakukan pelebaran di sebelah kiri dan kanan gedung. Selain itu, gedung induk dibuat menjadi 2 tingkat.
Lalu, pada masa Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826) terdapat perubahan besar-besaran. Pada gedung induk didirikan menara dan lahan di sekeliling Istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada 18 Mei 1817. Kebun Raya itu dikenal sebagai Kebun Raya Bogor.
Namun, lagi-lagi gedung tersebut harus direnovasi lagi karena terdapat gempa bumi yang mengguncang kawasan tersebut dan menyebabkan kerusakan parah pada 1834. Akhirnya, gedung tersebut dibangun kembali dengan gaya arsitektur baru yang mencerminkan arsitektur Eropa abad ke-19.
Akhirnya pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montages (1856-1861) pembangunan Buitenzorg selesai. Pada 1870, Istana ini resmi ditetapkan sebagai kediaman resmi Gubernur Jenderal Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, istana ini dijadikan sebagai salah satu markas militer sehingga bangunannya menjadi tidak terawat.
Buitenzorg yang kini namanya menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada akhir 1949 dan mulai dipakai pemerintah Indonesia pada 1950.
Sedikit demi sedikit istana ini mengalami perubahan. Pada tahun 1952 bagian depan Gedung Induk hanya mendapat tambahan bangunan berupa sepuluh pilar penopang bergaya Ionia yang menyatu dengan serambi muka yang bertopang enam pilar dengan gaya arsitektur yang sama. Selain itu, anak tangga yang semula berbentuk setengah lingkaran diubah bentuknya menjadi lurus. Kemudian, setiap jembatan kayu lengkung yang menghubungkan Gedung Utama dan Gedung Sayap Kiri dan Sayap Kanan diubah menjadi koridor.
Pada masa penjajahan Belanda, Istana Kepresidenan Bogor memiliki fungsi utama sebagai tempat peristirahatan. Namun, setelah masa kemerdekaan, seperti fungsi istana-istana kepresidenan lainnya, fungsi istana berubah menjadi kantor urusan kepresidenan serta menjadi kediaman resmi Presiden Republik Indonesia.
Di Istana Bogor terdapat berbagai ruangan, seperti Gedung Induk yang terdapat Ruang Teratai dan Garuda, Pavilion Sayap Kiri dan Pavilion Sayap Kanan, serta 6 Pavilion dan bangunan lainnya.
(abr/zlf)