Memeriahkan perayaan hari Imlek 2024, mari melihat salah satu bangunan kelenteng tertua di Indonesia yakni Tien Kok Sie di Kota Solo, Jawa Tengah yang usianya lebih tua daripada Indonesia.
Menurut jatengprov.go.id, Kelenteng Tien Kok Sie diperkirakan dibangun pada tahun 1745-1748. Setahun setelah Keraton Solo Hadiningrat didirikan.
Bahkan lokasi pembangunan Kelenteng Tien Kok Sie ini berada di atas tanah milik Keraton Solo atau sekarang berada di sebelah selatan Pasar Gede, tepatnya di Jalan RE Martadinata No.12, Sudiroprajan, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi saat ini adalah pembangunan kedua Kelenteng Tien Kok Sie, sebelumnya bangunan ini berada di dekat Keraton Kartosuro. Sayangnya Keraton Kartusuro ambruk usai kejadian Geger Pecinan pada 1740 yang membuat Kelenteng Tien Kok Sie dipindahkan ke dekat Keraton Solo Hadiningrat dan bertahan hingga saat ini meski pada 1998 sempat terjadi kerusuhan di sana.
Luas bangunan Kelenteng Tien Kok Sie adalah 250 meter persegi. Di dalamnya dapat menampung umat dari kepercayaan Tri Dharma untuk beribadah yaitu Taoisme, Konghucu, dan Buddha.
Adapun arti dari Tien Kok Sie yaitu tempat ibadah untuk pemujaan kepada Tuhan. Selain Tien Kok Sie, kelenteng ini juga memiliki nama lain yaitu Vihara Avalokitesvara.
Saat berkunjung ke Kelenteng Tien Kok Sie terutama di bulan perayaan Imlek, bangunan ini dapat ditemui dengan mudah. Sepanjang jalan menuju Kelenteng tersebut akan dihiasi dengan lampion berwarna merah, mulai dari bundaran di depan Keraton Solo hingga Pasar Gede.
Kelenteng Tien Kok Sie juga tidak banyak mengalami banyak pemugaran sejak didirikan. Sehingga, kamu bisa melihat arsitektur budaya Cina yang kental mulai dari tulisan Cina yang terlihat di dinding hingga warna merah di seluruh bangunan.
Pada bagian depan Kelenteng Tien Kok Sie terdapat arca singa betina dan Jantan atau Ciok Say yang merupakan simbol untuk menolak bala. Patung singa betina terlihat bermain dengan anaknya, sementara singa jantan bermain bola.
Arsitektur pada bagian gerbang Kelenteng Tien Kok Sie juta tidak kalah indahnya. Terdapat sepasang arca naga tengah menjaga bola mustika. Selain berada di gerbang, arca naga juga bisa ditemukan di atap bagian belakang Kelenteng Tien Kok Sie.
Di bawah arca naga dan bola mustika, terdapat lukisan dewa penjaga dengan bunga teratai mekar di tengahnya yakni simbol kelahiran dan penciptaan serta simbol kearifan Nirwana yang kuat.
Gerbang merah yang digunakan di depan Kelenteng pun tidak begitu tinggi dan tidak menutupi pandangan meski nantinya ditutup.
Sebelum memasuki ruang tengah tempat altar berada, umat dari kepercayaan Taoisme, Konghucu, dan Buddha bisa bersembahyang dan menancapkan Hio atau dupa di sebuah kotak yang dapat menahan batang agar tetap berdiri.
![]() |
Memasuki altar Kwan Sing Tee Kun yang berada di tengah Kelenteng Tien Kok Sie terdapat dua altar lainnya yakni Co Su Kong dan altar Fuk Lu Sho atau dewa keberuntungan. Di tengah ruangan ini banyak berdiri pilar-pilar kayu jati yang menyangga kuda-kuda berhiaskan ukiran naga.
Tidak sampai di sana, Kelenteng Tien Kok Sie juga memiliki altar dewi laut Thian Siang Sing Bo. Dalam tradisi, Thian Siang Sing Bo biasa diletakkan pada kelenteng yang dekat dengan laut. Sementara Kelenteng Tien Kok Sie tidak dekat dengan laut.
Adanya altar Thian Siang Sing Bo ini dikarenakan bagian belakang Kelenteng Tien Kok Sie sempat melintang gerbang utama menuju Bengawan Solo yakni jalur penghubung Jawa Tengah dan Jawa Timur pada abad 18-19. Maka dari itu, tidak heran altar dewi Thian Siang Sing Bo juga bisa ditemukan di sini.
Masuk lagi ke bagian belakang Kelenteng Tien Kok Sie terdapat lonceng besar dan alat musik tambur yang diletakkan di bawah dinding besar yang memperlihatkan mural dewa-dewa suci dalam kepercayaan mereka.
Penerangan di Kelenteng Tien Kok Sie mengandalkan cahaya matahari dari halaman depan, pada ruang tengah dari lilin-lilin yang dinyalakan, dan ada pula lampu yang menyala di dalam lampion.
Sebagai informasi, Kelenteng Tien Kok Sie telah ditetapkan sebagai cagar budaya pada 1997 oleh Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. Di dekat Klenteng Tien Kok Sie juga terdapat kawasan warga etnis Tionghoa pertama di Solo bernama Sudiroprajan yang tinggal di Kampung Balong.
(aqi/abr)