Jepang adalah sebuah negara yang letaknya berada di wilayah yang aktif secara seismik serta rawan gempa. Walaupun wilayahnya risiko bencana alam tetapi negara ini telah mengembangkan infrastruktur bangunan kelas atas yang sesuai dengan peraturan bangunan yang diberlakukan agar semua bangunan dapat dibangun tahan gempa.
Terletak di wilayah yang aktif secara seismik, Jepang telah mendapatkan reputasi sebagai negara dengan infrastruktur bangunan kelas atas yang mampu menahan gempa sekuat gempa berkekuatan 7 skala Richter.
Dikutip dari TRT World, Rabu (25/10/2023), Jepang telah memiliki reputasi dapat menahan gempa hingga berkekuatan 7 skala Richter dan negara ini telah menetapkan dua tingkat ketahanan gempa. Jika sebuah bangunan hancur karena gempa, maka bangunan tersebut perlu dibangun kembali dari awal dengan menambah fitur tahan gempa terbaru. Sementara jika suatu bangunan ini rusak dengan tekanan yang kuat, kerusakan material ini diterima selama tidak adanya korban jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di beberapa wilayah banyak bangunan ikonik yang dibangun berdasarkan pengukuran arsitektur agar mampu menahan gempa bumi seperti Burj Khalifa, Taipei 101, dan Arena Filipina. Inti dari infrastruktur tahan gempa ini terdapat tiga desain utama yang diterapkan
Struktur Taishin
Struktur ini merupakan desain dasar tahan gempa yang harus diikuti oleh setiap bangunan di negara ini. Ketebalan minimal harus bisa menahan tekanan getaran tanah baik pada balok, pilar, dan dinding. Kelemahan model struktur ini adalah kerusakan struktur terhadap guncangan yang terus berulang atau adanya gempa susulan. Oleh karena itu, struktur ini hanya disarankan pada bangunan bertingkat rendah.
Struktur Seishin
Rangka bangunan pada struktur ini harus diisolasi dari dasar pondasinya dengan cara menempatkan peredam kejut, lapisan karet, atau isolator seismik di antara keduanya. Hal ini agar bangunan dapat menahan guncangan seismik. Model struktural ini opsional bagi hukum jepang, tetapi jika ingin menggunakan model ini disarankan untuk bangunan bertingkat tinggi.
Struktur Menshin
Dasar pada pondasi bangunan ini bertumpu pada timah, baja, atau lapisan karet tebal yang memungkinkan pondasi dari bangunan bergerak dan meminimalisirkan pergerakan gempa dari rangka atas. Metode konstruksi ini sering digunakan pada konstruksi bangunan menara tinggi serta apartemen
![]() |
Selain itu, ada beberapa fitur yang harus diperhatikan agar bangunan Jepang mampu menahan dari getaran gempa. Fitur ini mampu untuk membantu ketahanan bangunan dari kerusakan yakni dengan fitur berikut.
Top to Toe Resilience
Metode konstruksi ini melibatkan pemasangan pada peredam blok demi blok untuk membangun kerangka dasar bangunan. Pada saat terjadi gempa bumi, peredam ini bisa bergerak maju mundur serta menahan energi dari getaran tersebut.
Pendulum Peredam Gempa
Maksudnya ini adanya bola seperti pendulum yang bekerja ketika terjadi gempa, Metode ini diciptakan untuk membuat menara langit lebih tahan terhadap guncangan gempa bumi. Salah satu caranya adalah dengan menggantungkan sebuah bola besar bermassa tinggi dengan tali baja pada struktur di bagian atap gedung. Bola besar ini akan bergerak seperti pendulum dan berayun ke arah berlawanan melawan gempa untuk membantu membuat bangunan stabil.
Pelindung Seismik
Pelindung ini bentuknya seperti jubah yang bisa menyelamatkan struktur gempa. Getaran gempa ini merambat ke daratan seperti gelombang dan membuat bangunan terguncang. Fungsi dari pelindung ini mencegah pergerakan tersebut dengan cara pemasangan 100 cincin di atas pondasi bangunan dan membuat gelombang gempa tidak terlihat.
Struktur Baja Ringan dan Modular
Struktur baja ringan dan modular ini dipandang sebagai masa depan sektor konstruksi berdasarkan banyaknya faktor struktur ini juga mempengaruhi pengurangan emisi gas rumah kaca, daur ulang, mengedepankan keberlanjutan, produksi massal, dan tahan gempa.
(dna/dna)