Harga rumah kian mahal karena harga tanah yang juga terus terkerek. Selain mahal, lahan untuk rumah juga lama kelamaan kian menipis.
Menyiasati hal tersebut, arsitek di New Zealand ini membuat suatu gebrakan baru.
William Samuels mengembangkan Studio House sebagai hunian yang dapat ditempatkan di lahan sewaan dan kemudian direlokasi atau diperluas jika diperlukan. Modul berlapis logam bergelombang pada rumah ini dirancang agar mudah dipindahkan menggunakan truk trailer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perumahan di Selandia Baru berada pada titik krisis, dengan kepemilikan rumah yang tidak dapat diperoleh oleh banyak orang di negara kami... kami justru mencari jalan alternatif, membangun rumah yang dapat direlokasi di atas tanah sewaan," jelas Samuels dikutip dari Dezeen, Kamis (21/9/2023).
"Dengan menyewa tanah, kami dapat mengarahkan anggaran kami sepenuhnya untuk pembangunan rumah, dibandingkan menghabiskan sebagian besar dana yang ada untuk membeli tanah," sambungnya.
Studio House terdiri dari dua modul berbingkai kayu yang berbentuk melengkung, diposisikan berdampingan dan sedikit diimbangi untuk menciptakan hunian seluas 42 meter persegi.
Satu modul berisi dapur, ruang belajar, dan kamar mandi serta terbuka ke area dek kayu, sedangkan modul lainnya berisi ruang tamu dan kamar tidur dengan ruang mezzanine kecil di atasnya.
Arsitek William Samuels memprioritaskan perasaan nyaman dan hubungan dengan alam terbuka, memperkenalkan langit-langit tinggi berkubah dengan jendela atap di setiap ujungnya.
Bagian luarnya, seluruhnya dilapisi panel zincalume bergelombang dan dilengkapi pintu kaca geser yang besar. Sementara di dalam, papan kayu melapisi dinding dan langit-langit.
"Bentuk kubah barel digunakan karena sejumlah alasan. Pertama, kami ingin menambah tinggi dan volume ekstra di dalam ruangan, namun mengingat terbatasnya lebar setiap modul, proporsi ruangan yang tinggi dan sempit akan terasa menyempit," tutur Samuels.
"Hal ini juga menciptakan kualitas spasial yang sangat menarik serta perasaan hangat dan nyaman secara internal yang membantu menciptakan ruang yang terasa seperti 'rumah'," tambahnya.
Meskipun Studio House saat ini memiliki dua modul, idenya adalah modul ini dapat berkembang dengan penambahan di masa mendatang jika diperlukan. Ketika relokasi diperlukan, setiap modul dapat dipisahkan dan diangkat dari fondasinya sebelum diangkut satu per satu.
"Untuk saat ini, ini adalah rumah kami. Jika ada anak-anak yang ikut, kami kemungkinan akan menambahkan modul lain ke rumah untuk menambah kamar tidur tambahan," kata Samuels.
"Mengingat sifat eksperimental dari proyek ini, salah satu hasil utama dari proses ini adalah pembelajaran tentang apa yang berhasil dan tidak ketika merancang rumah kecil yang dapat direlokasi, yang telah membuat kami siap untuk menerapkan pembelajaran ini pada proyek lainnya," lanjutnya.
(abr/zlf)