Gal Gadot: Saya Penduduk Asli Israel

Asep Syaifullah
|
detikPop
Jaron Varsano, left, and Gal Gadot pose atop Gadots new star at a ceremony on the Hollywood Walk of Fame on Tuesday, March 18, 2025, in Los Angeles. (Photo by Jordan Strauss/Invision/AP)
Foto: Jordan Strauss/Invision/AP
Jakarta - Pidato Gal Gadot yang membahas soal konflik Israel dan Palestina menjadi sorotan publik. Ia begitu berapi-api saat membahas bagaimana dirinya diremehkan karena membela warga negaranya yang menurutnya menjadi korban kembali setelah tragedi Holocaust.

Aktris yang mendapatkan bintang di Hollywood Walk of Fame itu mengakui jika politik bukanlah ranahnya, tapi ada keharusan yang membuatnya angkat bicara.

"Namun pada 7 Oktober, ketika orang-orang diculik dari rumah mereka, dari tempat tidur mereka, pria, wanita, anak-anak, orang tua, penyintas Holocaust, mengalami kengerian atas apa yang terjadi hari itu, saya tidak bisa diam saja. Saya terkejut dengan besarnya kebencian, dengan banyaknya orang yang mengira mereka tahu padahal sebenarnya mereka tidak tahu, dan juga dengan betapa media tidak adil berkali-kali. Jadi saya harus angkat bicara," ujarnya dilansir dari Variety.

"Saya bukan pembenci. Saya adalah cucu dari seorang penyintas Holocaust yang datang ke Israel dan membangun keluarganya dari awal setelah seluruh keluarganya terhapus di Auschwitz. Dan di sisi lain keluarga saya, saya adalah generasi kedelapan orang Israel. Saya penduduk asli Israel."

"Saya sangat mementingkan kemanusiaan dan saya merasa harus membela para sandera."

Dalam konflik tersebut bintang Wonder Woman itu pun berharap di mana situasi kembali aman dan semua orang bisa hidup sejahtera.

"Saya berdoa agar hari-hari yang lebih baik untuk semua orang. Saya ingin semua orang memiliki kehidupan yang baik dan kesejahteraan, serta kemampuan untuk membesarkan anak-anak mereka di lingkungan yang aman," lanjutnya.

Jika kita melihat sejarahnya sebenarnya Israel tercipta setelah pada 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, menulis surat kepada kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris.

Surat itu dikenal dengan sebutan Deklarasi Balfour. Isi surat tersebut memberikan dampak guncangan besar terhadap Palestina, yang masih terasa hingga saat ini.

Di mana, isi perjanjian dalam surat mengikat pemerintah Inggris untuk "mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina" serta memfasilitasi "pencapaian tujuan itu".

Mandat Inggris dibentuk pada tahun 1923 dan berlangsung sampai tahun 1948. Selama periode itu, Inggris telah memfasilitasi migrasi orang Yahudi (banyak penduduk baru yang melarikan diri dari Nazisme di Eropa).

Namun, warga Palestina khawatir dengan perubahan demografi negara mereka, serta penyitaan tanah merdeka oleh Inggris untuk diserahkan ke pemukim Yahudi.

Hal ini pun menjadi konflik abadi yang bertahan hingga sekarang di mana warga asli Palestina semakin kehilangan tanahnya dan hak-haknya.


(ass/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO