Kini Bebas, Lina Mukherjee Ungkap Kehidupan Selama di Penjara

Lina mengaku senang dengan kebebasannya. Ia menceritakan kehidupannya selama di sel dan hidup berdempet-dempetan.
"Senang bisa lihat dunia luar, yang biasanya di pesantren, satu kamar 40 orang. Sekarang bisa lihat dunia dan ya kembali lagi di daerah aku sendiri, di Jakarta," ungkapnya.
Baca juga: Nissa Sabyan dan Ayus Kawin di Malam Jumat |
Lina mengaku sangat merindukan keluarga serta fans. Dia juga mau menerima endorse lagi.
"Pastinya keluarga, teman-teman dan fans, endorsement pastinya duitnya banyak dong. Kalau di dalam pesantren kan nggak bisa cari uang," ungkapnya.
Setelah singgah di Jakarta dan memenuhi undangan televisi, Lina mengaku akan menemui keluarganya di IKN.
![]() |
"Belum (bertemu keluarga), keluarga saya masih di IKN. Jadi saya habis dari jakarta ke IKN dulu. pasti ya, tapi ada beberapa TV yang duluan skejulnya. Orang tuanya paham nggak apa-apa, mungkin bulan depan ya, Desember (ke IKN)," ungkapnya.
Meski di penjara, Lina mengaku sangat mendapat dukungan dari keluarga. Bahkan orang pertama yang mengetahui kebebasannya adalah orang tuanya.
"Alhamdulillah selama di pesantren ya yang biayain keluarga, adik, dapat support. Aku bersyukur nggak diomelin, biasanya kan ada yang salah-salah, tapi bahasa-bahasa dari keluarga ya, 'Yang sabar ya'. Makanya kejadian ini yang harus digarisbawahi keluarga tidak akan meninggalkan kita," ungkapnya.
"Kalau yang pertama orang tua saya, kedua asisten saya. 'Alhamdulilah anakku bebas'. Karena banyak yang punya stigma bahwa di penjara itu kan disiksa yang kayak gitulah. Pikiran ortu takut anaknya dipukuli," tambahnya.
Lina banyak melakukan kegiatan seperti menjahit, merajut, membuat batik, serta salon. Oleh karena itu, dia tetap bisa sedikit-sedikit merawat tubuh.
"Karena kalau di sana kan kita punya kegiatan, wajahnya harus cantik, mengisi waktu hari-hari supaya lebih cepat, misalnya cari kegiatan menjahit, merajut, bikin batik, dan banyak hal yang positif. Dijual juga untuk masyarakat umum. Di sana juga ada salon, aku juga belajar nail art, ini ku pasang sendiri. Sebenarnya kehidupan di sana hampir mirip sama kehidupan kita ya, bedanya dibatasi nggak ada laki-laki dan nggak ada handphone," pungkasnya.
(ass/ass)