Rekor Baru Taylor Swift: Jadi Miliarder Murni dari Musik
Taylor Swift lagi-lagi bikin sejarah. Sang superstar menyandang status miliarder murni dari musik, menjadikannya musisi pertama dalam sejarah yang mencapai level kekayaan ini tanpa bisnis sampingan seperti kosmetik atau fashion.
Dilansir Elips Haber, Jumat (5/12/2025), kekayaan Taylor Swift pada 2025 ditaksir mencapai USD 1,6 miliar atau sekitar Rp 24 triliun. Gokil!
Yang bikin pencapaian ini makin spesial, semua kekayaannya datang dari lagu, hak cipta, tur konser, dan royalti. Bukan dari brand skincare, bukan dari parfum, dan bukan dari empire bisnis lain. Purely music.
Taylor Swift pertama kali masuk daftar miliarder pada Oktober 2023 dengan kekayaan USD 1,4 miliar dan langsung menyalip Rihanna sebagai penyanyi wanita terkaya di dunia. Dari situ grafiknya terus naik sampai akhirnya menembus angka USD 1,6 miliar.
Duit sebanyak itu datang dari beberapa sumber utama: sekitar USD 800 juta dari tur dan royalti, lalu USD 600 juta dari nilai katalog musiknya, dan sisanya, sekitar USD 110-150 juta, berasal dari investasi properti.
Dan kalau ngomongin lonjakan besar, semua mata langsung tertuju ke The Eras Tour, tur konser paling ambisius sekaligus paling menguntungkan dalam sejarah umat manusia.
The Eras Tour meraup pendapatan kotor lebih dari USD 2 miliar atau Rp 32,6 triliun, mematahkan rekor Elton John cuma dengan 149 show (Elton John butuh 330 show, by the way).
Penjualan tiket di Amerika Serikat saja mencapai USD 780 juta atau Rp 12,71 triliun, dan Swift diperkirakan mengantongi sekitar USD 10-13 juta atau Rp 163 sampai 211,9 miliar per malam. Bahkan film konsernya mencetak sejarah: USD 100 juta atau Rp 1,63 triliun hanya dari weekend pembukaan di Amerika Utara.
Salah satu langkah paling gila dalam karier Taylor Swift adalah merekam ulang enam album pertamanya setelah master rekamannya dijual tanpa persetujuannya. Inilah era yang melahirkan Taylor's Version, strategi jenius yang bikin nilai katalog musiknya meroket hingga USD 600 juta atau Rp 9,78 triliun.
Album terbarunya, The Tortured Poets Department (2024), juga pecah rekor dengan penjualan 2,61 juta unit di minggu pertama dan dinobatkan sebagai album terlaris global tahun itu.
Di luar musik, Swift juga mengumpulkan pundi-pundi dari portofolio properti miliaran rupiah, mulai penthouse di New York, apartemen di Nashville, rumah sejarah di Beverly Hills, sampai rumah pantai mewah di Rhode Island. Jangan lupa, kerja sama jangka panjangnya dengan brand-brand besar seperti Coca-Cola, Keds, AT&T, CoverGirl, dan Target juga ikut memberikan pemasukan stabil.
Kebangkitan Swift sampai melahirkan istilah baru: Swiftonomics. Para ekonom memakai istilah ini untuk menggambarkan efek ekonomi raksasa setiap kali Swift menggelar konser di sebuah kota.
Hotel full booked, bisnis lokal naik omzet, restoran penuh, transportasi meningkat, dan vibe kota berubah jadi seperti event internasional. Bayangin, satu orang bisa ngasih dampak ekonomi segila ini. Respect!
(dar/wes)











































