Dugaan LMKN Ancam Resto hingga Nominal Pembayaran Royalti

Pingkan Anggraini
|
detikPop
Ilustrasi Musisi Bermain Keyboard
(Foto: Getty Images/ Edwin Tan) Ilustrasi musisi.
Jakarta - Hal yang terus dibahas dari permasalahan royalti musik di Indonesia adalah pengkolektifannya. Yup, soal kolektif, selalu menjadi tanda tanya sejak awal, bagaimana Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) menagih pembayaran royalti ke pengguna?

Selalu memunculkan isu miring karena dulu sampai beberapa saat kemarin tak ada kata digitalisasi. Mungkin berbeda dengan sekarang, LMKN tak mau lagi disebut tidak transparan.

Mengingat bagaimana LMKN dulu melakukan pengkolektifan, muncul isu bahwa mereka bak 'preman'. Ini sempat dikatakan para pengusaha hotel yang mengklaim didatangi pihak LMKN.

Lalu kini muncul cerita baru, salah satu rumah makan terkenal mengaku pernah mendapat ancaman.

"Kami punya cukup banyak pelanggan di sini, di Indonesia. Mereka membatalkan karena ancaman yang datang dari LMKN. Ancaman itu adalah sesuatu yang mereka sampaikan secara lisan, tidak ada bukti tertulis, tidak ada WhatsApp, tidak ada surat yang mengatakan bahwa mereka melanggar karena musik kami tidak melanggar. Ancaman itu murni lisan dan ini terjadi pada banyak bisnis yang tidak diketahui di kalangan media," papar Jerry Chen, CEO USEA Global yang merupakan platform musik berlisensi asal Singapura, dalam diskusi di kawasan Petogogan, Jakarta Selatan, Senin (17/11/2025).

Jerry mengatakan juga bahwa platformnya sangat akurat dalam melacak penggunaan musik. Sehingga beberapa perusahaan yang bergerak di bidang F&B atau lainnya turut bekerjasama.

Dalam diskusi itu Jerry juga menjelaskan sistem kerja platformnya.

"Musik yang diputar melalui perangkat ini, melalui, misalnya, speaker TOA, amplifier, semuanya dapat dipertanggungjawabkan. Itu berarti dihitung. Itu terlacak di sistem kami. Musik diunduh, diputar sekali, akan tercatat satu kali. Jadi, sangat mudah bagi para musisi, 24 jam kemudian kamu akan melihat pembaruannya, setiap hari, transparan, dan saya rasa sangat jelas, kamu tidak bisa memalsukannya," sambung Jerry.

Lalu, hal yang disorot Jerry juga perihal nominal pembayaran royalti yang selama ini banyak dikeluhkan pebisnis besar maupun kecil.

Ia punya pendapat lain karena hal ini bisa dilihat dan dinilai besar kecilnya dari banyak sudut pandang.

"Terlepas dari berapa biaya yang dikenakan karena biaya lisensi yang kita lihat hari ini, sejujurnya, mahal atau tidak, itu tergantung pada siapa yang membayar," jelas Jerry.

"Jadi, uang atau beberapa biaya lisensi, itu ada di mata orang yang membayar. Jadi saya pikir hal-hal itu lebih penting dari sudut pandang bisnis," lanjutnya.

(pig/aay)




TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO