Persoalan Royalti Musik, LMKN Masih Pakai Cara Old School

Pingkan Anggraini
|
detikPop
Ilustrasi lirik atau chord lagu.
Foto: Unsplash/Matt Botsford
Jakarta - Beberapa waktu lalu, detikpop kedatangan dua musisi senior yang cerita panjang soal royalti musik. Mereka juga bocorin bagaimana LMKN memberikan hak royalti kepada musisi.

Keluhan pertama yang mereka ucapkan adalah keterbukaan. Gimana merasa transparan, kalau LMKN aja masih ngirim laporan ke musisi pakai catatan dari Microsoft Excel. Menurutnya, cara seperti itu sudah ketinggalan zaman banget di tengah perkembangan teknologi.

Masih banyak juga yang bingung dengan tata cara LMKN yang melakukan self assessment tanpa menggunakan teknologi untuk mendeteksi lagu-lagu apa aja yang sering diputar di cafe, resto, hotel, dan yang lainnya.

LMKN punya alasan sampai saat ini masih belum memanfaatkan banyak teknologi yang ada.

"Semua teknologi ini menjadi kata yang selalu kami gunakan untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Tetapi, saya mau menyampaikan juga bahwa teknologi ini cost-nya tidak murah. Jadi, kalaupun ada bahasa, kenapa sih tidak ada teknologi dan segala macam, kami harus jujur bahwa teknologi itu mempunyai cost yang tinggi ya, sehingga tidak mungkin kami mengorbankan royalti yang saat ini masih terlalu kecil juga menurut kami," ujar Yessi Kurniawan, Komisari LMKN saat ditemui di Mahkamah Konstitusi, kawasan Jakarta Pusat, Kamis (7/8/2025).

Harapannya sih memang LMKN hadir dengan segala teknologi yang memadai. Tapi, balik lagi, biayanya mahal dan LMKN belum bisa memenuhi itu.

Mereka juga mencoba mencari dana untuk mengembangkan teknologinya. Tapi balik lagi, jika memangkas dari biaya royalti, justru nominal yang nantinya dibagikan akan semakin kecil.

"Kan itu membuat semua sistem itu kan mahal. Kalau itu kita kurangin biaya, dan memang belum tutup mampu,royalti yang kita tagih ini kita buatkan untuk membeli teknologi ini, kan mereka tidak kebagian. Sementara kan anggaran kita 20% maksimal. Itu sesuatu yang tidak mungkin," jelas Bernard Nainggolan, Komisaris LMKN yang lainnya.

Dibilang gak mampu beli sistem? Jelas. LMKN pun menyadari dan mengakui itu. Lalu solusinya apa?

Dari LMKN sih berharap adanya bantuan dari pemerintah bisa mengurangi beban pekerjaan mereka. Tapi, itu semua masih sebuah angan-angan dan harapan.

Meski begitu LMKN percaya bakal bisa maksimal jika teknologinya juga memadai nih.

"Kalau seandainya dengan kebaikan hati pemerintah, bukti kehadiran negara hadir di sini, menganggarkan itu, sangat bersyukur. Sebab kita tahu dengan teknologi ini, royalti akan naik beberapa ratus persen," jelasnya lagi.


(pig/nu2)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO