Rapper Iran yang Bebas Hukuman Mati Ditangkap Lagi, Kondisi Misterius

"Toomaj kembali ditangkap pada Kamis, 19 Juni 2025. Sampai sekarang, kita gak tahu siapa yang nangkep, di mana dia ditahan, atau gimana keadaannya," begitu kira-kira isi pernyataan dari pihak Toomaj.
Mereka juga menegaskan bahwa keselamatan Toomaj sepenuhnya tanggung jawab pemerintah, dan mendesak agar ia segera dibebaskan.
Buat yang belum familiar, Toomaj Salehi bukan rapper biasa. Dia dikenal lantang menyuarakan kritik terhadap rezim Iran lewat lirik-lirik tajamnya, dan pernah ditangkap di puncak gerakan "Jin, Jiyan, Azadi" (Perempuan, Kehidupan, Kebebasan) pada 2022. Saat itu, dia ditangkap di desa Gerd Bisheh, Provinsi Chaharmahal dan Bakhtiari.
Kasus lamanya cukup dramatis. Dia pernah mendapat tuduhan berat yang sempat membuatnya divonis mati. Tapi setelah banding, dakwaan itu akhirnya dibatalkan, dan pada 2 Desember 2024, dia resmi bebas setelah menyelesaikan hukuman satu tahun di Penjara Dastgerd, Isfahan.
Saat itu, pengacaranya, Mostafa Nili, juga menyampaikan, semua dakwaan terhadap Toomaj sudah resmi ditutup oleh Pengadilan Revolusi Isfahan.
Lewat lagunya yang tajam dan frontal, seperti Soorakh Moosh, Toomaj menyerang langsung akar-akar ketidakadilan, korupsi, dan represi politik. Suaranya ibarat cambuk buat rezim, dan itu jelas bikin penguasa gerah.
Meski lolos dari tali gantung, Toomaj gak pernah diam. Dia tetap bersuara, menuntut keadilan, bahkan menyerukan penghentian program pengayaan uranium.
Parnia Abbasi: Penyair Muda yang Gugur
Parnia Abbasi, penyair muda berbakat berusia 23 tahun, jadi simbol terbaru dari kehancuran yang ditimbulkan oleh perang. Rumahnya di distrik Sattarkhan, Teheran, hancur lebur akibat serangan udara Israel pada 13 Juni 2025.
Bersama orang tua dan adik laki-lakinya, Parham, Parnia gugur, menjadi salah satu korban sipil pertama dari bom yang menghantam ibu kota.
Puisi terkenalnya yang berjudul 'Bintang yang Padam' kini terasa seperti ramalan kelam yang jadi nyata. Suara penuh harapan yang dulu menggambarkan semangat generasinya, kini benar-benar padam, terkubur di bawah reruntuhan.
Kematian Parnia bukan sekadar kehilangan seorang penyair. Dia simbol dari luka mendalam sebuah bangsa, ketika perang merampas bukan hanya nyawa, tapi juga cahaya budaya dan harapan. Itulah kenapa, sampai kapan pun, suara-suara seperti Toomaj dan puisi-puisi seperti milik Parnia gak akan benar-benar bisa dibungkam.
(nu2/ass)