Setelah bertahun-tahun mengandalkan waralaba superhero dan comic book untuk mendominasi pasar film, Sony Pictures dilaporkan mengubah fokus strategis.
Merespons kebosanan penonton terhadap genre pahlawan super, (superhero fatigue) dan didorong kesuksesan luar biasa adaptasi live-action seperti One Piece Netflix, studio tersebut kini secara agresif memimpin pergeseran ke adaptasi live-action dari anime dan manga populer Jepang.
Pergeseran fokus ini, dikonfirmasi eksekutif Sony Pictures International Productions (SPIP) di Festival Film Internasional Tokyo 2025.
Menurut Variety (11/11), SPIP melihat anime sebagai pilar kunci dalam strategi global mereka, seiring dengan genre superhero yang mulai kehilangan daya tariknya di Hollywood.
Sony menyadari bahwa ledakan anime telah menjadikannya kekuatan box office global yang tak terhindarkan.
Judul-judul seperti Demon Slayer: Infinity Castle dan Chainsaw Man: Reze Arc telah mencatat rekor historis, bahkan melampaui pendapatan film-film blockbuster Hollywood di berbagai pasar.
Delapan tahun terakhir menunjukkan, animasi Jepang tidak lagi menjadi tontonan niche, melainkan narasi yang kaya emosi dan visual spektakuler yang mampu menembus batas budaya.
Para eksekutif Sony, melihat hal ini sebagai peluang emas untuk menemukan waralaba global berikutnya yang dapat diterjemahkan ke layar lebar.
Shebnem Askin, Kepala SPIP, mengindikasikan bahwa studio kini aktif mencari properti anime untuk diadaptasi, menyusul keberhasilan One Piece dan juga kinerja box office yang kuat dari film live-action Kingdom di Jepang.
Alih-alih terus mengejar spin-off dari jagat Spider-Man atau mengejar waralaba superhero yang jenuh, Sony memilih untuk berinvestasi pada kisah-kisah yang sudah memiliki basis penggemar setia yang kuat dan loyalitas budaya yang mendalam.
SPIP beroperasi di sepuluh negara dan memberdayakan tim lokal, seperti di Jepang, Korea, dan India, untuk mengembangkan film yang berakar pada cerita regional.
Pendekatan ini bertujuan untuk mencapai autentisitas alih-alih imitasi, sebuah kunci penting untuk menghindari kesalahan budaya yang pernah menimpa adaptasi anime Hollywood di masa lalu. Askin menekankan pentingnya kolaborasi dengan produser lokal.
Filosofi ini diharapkan dapat menghasilkan adaptasi yang sukses secara global, mirip dengan kesuksesan Kingdom di Jepang, dan dapat menjadi panduan untuk potensi adaptasi di masa depan, seperti Jujutsu Kaisen atau Attack on Titan.
Dengan menggabungkan pengawasan kreatif Jepang dengan kekuatan produksi Sony, studio ini berharap dapat memanfaatkan potensi anime secara maksimal.
Langkah ini menunjukkan perubahan taktis yang pragmatis. Ketika audiens merasa bosan dengan pahlawan super, anime menawarkan sumber cerita yang segar, kaya emosi, dan spektakuler secara visual.
Pertaruhan Sony pada narasi berbasis anime ini, bisa menjadi langkah paling cerdas mereka dalam beberapa dekade mendatang untuk mendefinisikan kembali masa depan sinema blockbuster global.
Simak Video "Video: Yah! One Piece Bakal Rehat 3 Bulan di 2026, Tayang Lagi April"
(ass/dar)