Andaikan Martin Scorsese Sukses Jadi Pendeta

Fakta mengejutkan ini diungkapkan sendiri oleh Scorsese dalam film dokumenter terbarunya, Mr. Scorsese (via Deadline), yang baru saja tayang perdana di New York Film Festival.
Kisah ini lantas memicu spekulasi, dunia macam apa yang akan kita saksikan tanpa mahakarya sinema dari sutradara berusia 82 tahun ini.
Baca juga: Benarkah Teori Kingpin Adalah Donald Trump? |
Panggilan Suci yang Gagal
Sejak kecil, Martin Scorsese kecil sangat terpesona oleh ajaran Katolik. Pengalamannya menghadiri Misa di Katedral St. Patrick bahkan mendorongnya untuk mendaftar di Seminari Persiapan Katolik saat remaja.
Namun, 'panggilan' tersebut terhenti secara dramatis.
![]() |
"Saya baik-baik saja selama beberapa bulan pertama, tapi kemudian sesuatu terjadi. Saya mulai menyadari dunia sedang berubah," kenang Scorsese dalam dokumenter tersebut.
Puncaknya, Scorsese dikeluarkan dari seminari tersebut. Alasannya blak-blakan: "Karena saya berperilaku buruk."
Scorsese tidak merinci perilaku buruk yang dimaksud. Namun, seorang teman masa kecilnya, Joe Morale, mengisyaratkan hal itu mungkin terkait dengan kehidupan sosialnya di luar gereja, menyebut Scorsese remaja memiliki mata yang tajam untuk para wanita.
Kehilangan Gereja, Lari ke Sinema
Keputusan pihak seminari untuk mengeluarkannya menjadi titik balik terbesar dalam sejarah film. Kegagalan menempuh jalur spiritual justru mendorong Scorsese untuk mendaftar ke New York University dan mendalami sinema.
Dunia akhirnya mendapatkan Martin Scorsese sang auteur, sosok yang tetap membawa obsesi abadinya terhadap agama, moralitas, dosa, dan penebusan ke dalam setiap filmnya.
Bayangkan jika film-film seperti The Last Temptation of Christ, Silence, atau bahkan pergulatan moral yang intens dalam Mean Streets tidak pernah terwujud.
Mungkin saja, tema-tema kekejaman dan pertobatan yang mendalam akan selamanya terperangkap di dalam dinding gereja, alih-alih diabadikan di layar lebar.
Berkat perilaku buruk yang membuatnya diusir dari seminari, kita kini memiliki katalog film abadi yang mengeksplorasi perjuangan antara kebaikan dan kejahatan di hati manusia, sebuah eksplorasi yang tak kalah filosofis dari khotbah mana pun.
(ass/dar)