Filmnya Dapat Standing Ovation di Venice, Shu Qi Banjir Air Mata

Tepuk tangan para penonton pun membuat Shu Qi terharu dan bangkit dari kursinya lalu mengucapkan terimakasih. Tanpa sadar air mata menetes di pipinya sebagaimana dilansir dari Sina pada Senin (8/9).
Shu Qi menjelaskan bahwa tekanan sebagai sutradara film jauh lebih besar daripada berakting. Ia mengakui bahwa ia merasa cemas sebelum upacara, takut ada yang mengatakan bahwa film tersebut tidak disukai. Air matanya jadi bukti release emosi dari tekanan yang luar biasa itu.
Film Girl berlatar di Taiwan pada 1980-an, dan mengeksplorasi dinamika sulit sebuah keluarga berpenghasilan rendah yang toksik. Film ini mengisahkan seorang gadis pemalu dan penakut bernama Hsiao-lee, yang mendalami tema-tema kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan alkohol, dan trauma antargenerasi.
Shu terinspirasi dari pengalaman masa kecilnya sendiri, menggambarkan kisahnya sebagai sesuatu yang sangat personal.
"Alasan utama saya terdorong untuk membuat film ini terkait dengan pengalaman masa kecil saya, yang meninggalkan bekas luka yang masih membekas hingga hari ini," ujar Shu, yang meninggalkan rumah pada usia 15 tahun, kepada AFP menjelang pemutaran perdana.
"Luka-luka itu sedang dalam proses penyembuhan, tetapi ketika merenungkan masa lalu, bekas luka itu masih terasa nyata," tambah pria berusia 49 tahun itu.
Baca juga: Fall for Me Pengganti 365 Days di Netflix |
Girl berpusat pada hubungan Hsiao-lee dengan orang tuanya yang kasar. Ayahnya, yang diperankan oleh aktor Taiwan Roy Chiu, adalah seorang mekanik frustrasi yang selalu pulang larut malam setelah minum alkohol, melampiaskan amarahnya kepada istri dan putri-putrinya.
"Setelah syuting film, saya memberi tahu ayah saya, yang masih seorang pecandu alkohol, 'Maaf, saya yang menampilkan kisahmu di layar kaca,'" pungkas Shu.
(ass/dar)