Iran dan Israel Bersatu di Tatami dengan Cara Artsy

Nugraha
|
detikPop
Film Tatami
Foto: Tatami
Jakarta - Kalau kamu pikir film olahraga cuma soal keringat dan medali, Tatami bakal bikin kamu mikir dua kali, nangis tiga kali, dan mungkin nonton empat kali.

Cerita dimulai dari judo, yang ujungnya bisa bikin jantungmu salto. Di tengah kejuaraan dunia judo, Leila, atlet judo perempuan asal Iran dapet ultimatum dari negaranya, pura-pura cedera dan kalah atau dia bakal dicap pengkhianat negara. Kayak lagi tanding tapi ada bom waktu di sabuknya.

Si Leila ini gak sendirian. Ada pelatihnya, Maryam, yang ikut terjebak dalam dilema ini. Di satu sisi, mereka cuma pengen tanding judo. Tapi di sisi lain, ada tekanan politik segede gaban yang siap bikin hidup mereka jungkir balik.

Ngomong-ngomong soal sutradara, ini pertama kalinya dalam sejarah film ada kolaborasi antara sutradara dari Iran dan Israel. Dua negara yang lagi perang, adu rudal, dan serangan, sekarang malah adu visi di layar lebar. Namanya Zar Amir Ebrahimi dari Iran dan Guy Nattiv dari Israel. Kolaborasi yang nyentil hati dan nyentak pikiran.

Film ini ditampilkan dalam rasio 4:3 dan full hitam putih. Kesan klasiknya dapet, tapi tetap modern secara emosi. Kayak nonton pertarungan judo dalam bingkai puisi. Tapi puisinya bisa bikin kamu pengen teriak.

Setelah dapet sambutan hangat di Festival Film Venice 2023, film mix martial arts antara drama, politik, dan keberanian, dibungkus dengan artsy yang bikin greget itu bakal tayang di bioskop-bioskop independen di Amerika.

Dunia lagi tegang gara-gara Israel dan Iran, Amerika lagi ribut sendiri, dan semua mata tertuju ke Timur Tengah. Tapi di tengah panasnya suasana politik global, muncul satu film kecil, hitam putih, tentang judo yang justru jadi obrolan hangat karena isinya jauh lebih nendang dari sekadar olahraga.

Film Tatami memang gak nyebut nama-nama pemimpin yang lagi konflik, gak ada pidato revolusi, tapi nuansa politiknya kerasa banget. Nattiv sendiri bilang, walau ini film tentang Iran, dia juga merasa kayak lagi ngaca ke negaranya sendiri, Israel yang menurutnya sekarang makin otoriter dan dikontrol pemerintah.

Meski Nattiv bilang ini bukan film Israel, nyatanya film ini tetep dibantu oleh produser Israel dan diedit di Tel Aviv. Bahkan Ebrahimi sempat datang ke Israel buat kerja bareng, padahal dulu waktu kecil di Iran, dia wajib nginjek bendera Israel di sekolah. Ironis, ya?

"Kami ngomongnya pake bahasa judo, bukan bahasa kebencian," ungkapnya dilansir Times of Israel.

Ebrahimi sendiri ngaku gak nyangka bisa dapet respon emosional sebesar itu. "Ini bukan film politik. Tapi film tentang orang-orang," ujarnya.




(nu2/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO