How to Train Your Dragon Kurang Disukai Kritikus, tapi Dihangatkan Penggemar

Menurut Rotten Tomatoes, adaptasi live-action garapan Dean DeBlois yang juga menyutradarai versi animasi tahun 2010 hanya meraih skor 77% di Rotten Tomatoes terpaut 22% dari film animasinya yang mendapat skor nyaris sempurna, 99%.
Para kritikus menilai film ini terlalu menyederhanakan cerita aslinya dan kehilangan sebagian besar daya tarik magis yang membuat versi animasi begitu dicintai.
"Film karya DeBlois mengingatkan kembali gaya pembuatan film anak-anak sebelum Star Wars, ketika sikap merendahkan yang terlalu menyederhanakan jadi atribut yang menentukan," tulis Kyle Smith dari The Wall Street Journal dalam ulasannya yang tajam.
Tapi di sisi lain para penggemar memberikan sambutan yang jauh lebih hangat. Di situs Popcornmeter, skor yang mencerminkan penilaian dari penonton versi live-action ini mencetak angka hampir sempurna yakni 99%, bahkan lebih tinggi dari film animasi aslinya yang mendapat 91%.
Reaksi dari para pengguna pun menunjukkan betapa nostalgia punya peran besar.
"Saya mengajak anak baptis saya saat dia berusia 3 tahun untuk menonton film animasi. Momen yang sempurna ketika dia mengajak SAYA, dia sekarang berusia 18 tahun, nostalgia itu sendiri mendapat 5 bintang," tulis pengguna Ester G.
Atiana I menambahkan. "Indah sekali! Mereka benar-benar membuat film animasi itu bagus dan saya suka adegan-adegan barunya. Jujur, itu melampaui ekspektasi saya."
Meskipun tidak mampu menandingi kejayaan animasinya dari segi kritikus, How to Train Your Dragon versi live-action jelas menemukan tempat tersendiri di hati para penonton.
Universal Pictures menyampaikan bahwa film ini tetap mempertahankan inti cerita klasik: ketika ancaman kuno membahayakan pulau Berk, persahabatan antara seorang Viking muda dan naga Night Fury-nya menjadi kunci masa depan.
Saat ini, How to Train Your Dragon dapat disaksikan di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia.
(fbr/tia)