Petaka Matrix, Sudah Bangkrut Ketimpa Utang

Asep Syaifullah
|
detikPop
Cuplikan adegan dalam film The Matrix: Resurrection.
Foto: Dok. Warner Bros
Jakarta - Bikin film bukan perkara mudah, selain keluar banyak uang gak ada jaminan jika film tersebut bakal menghasilkan meski punya nama besar, ikonik dan punya fans tersendiri. Kejadian ini menimpa Village Roadshow Pictures yang bekerjasama dengan Warner Bros (WBD) untuk penggarapan The Matrix Resurrections (2021).

Meski sering partneran di berbagai film, tapi siapa sangka jika The Matrix Resurrections akan jadi perusak hubungan mereka. Bahkan membawa kedua perusahaan itu bersitegang di ranah hukum.

Awalnya Village Roadshow kesal karena Warner Bros memilih menayangkan film itu di bioskop dan layanan streamingnya secara barengan yang imbasnya tentu saja penurunan jumlah pendapatan dari tiket bioskop. Mereka pun menggugat perusahaan itu karena dianggap merugikan hingga mencapai USD 18 juta.

Warner Bros membalas dengan mengajukan tuntutan Village Roadshow belum membayar USD 107 juta dari biaya produksi film tersebut menurut kesepakatan mereka untuk pembiayaan bersama.

Pihak WBD menegaskan dalam pernyataan publik dan berkas pengadilan bahwa pihaknya menawarkan Village Roadshow kesempatan untuk ikut membiayai film tersebut. Sayangnya Village kemudian menolak untuk membayar bagiannya atas biaya produksi, yang menghabiskan biaya sekitar USD 200 juta untuk pembuatan dan USD 100 juta untuk pemasaran, menurut dokumen pengadilan.

WBD menang atas klaim yang diajukan Village Roadshow atas persaingan tidak sehat, pelanggaran kontrak, dan pelanggaran perjanjian tersirat tentang itikad baik dan transaksi yang adil, yang mencakup transaksi dengan itikad buruk, kata orang yang mengetahui arbitrase tersebut. Utang itu pun makin membengkak hingga USD 125 juta dan membuat perusahaan itu terpaksa mengumumkan bangkrut.

Pada Maret lalu mereka mengajukan bankruptcy protection untuk menyelamatkan perusahaan. Kepala Village Roadshow, Keith Maib menyebut langkah itu dilakukan setelah upaya mahal untuk tetap aktif membuat konten (film atau serial, dll) gagal dan gugatan hukum serta hubungan dengan WBD hancur.

Village Roadshow sendiri mengaku mengeluarkan biaya hukum lebih dari USD 18 juta selama proses litigasi, sementara WBD menghabiskan sekitar USD 8 juta untuk arbitrase terkait sekuel Matrix dan Wonka. Kali ini melibatkan tuduhan bahwa studio menolak mengakui hak pemodal untuk bermitra dalam film tersebut dengan mengklaim bahwa film tersebut bukanlah prekuel dari Charlie and the Chocolate Factory - sebuah film yang dimiliki bersama oleh kedua belah pihak, menurut dokumen pengadilan.

Matrix Resurrections bukan satu-satunya film yang dipermasalahkan dalam pertempuran hukum itu. Village Roadshow juga tidak dapat mendanai sekuel dan pembuatan ulang waralaba utama berdasarkan film yang hak ciptanya dibagikan dengan WBD, termasuk Wonka, Joker, dan I Am Legend.

Penghasilan tak juga datang, sementara utang kian menambah membuat Keith harus putar otak. Rencananya untuk membuat serial televisi dari Edge of Tomorrow pun terpaksa dibatalkan karena WBD tak menggubris rencana itu dan mengabaikan proposalnya.

Studio tersebut berupaya menagih utang tersebut karena Village Roadshow berupaya menjual sebagian besar asetnya. Bulan lalu, pengadilan menyetujui tawaran sebesar USD 417,5 juta dari produser Blade Runner 2049, Alcon Media Group, untuk katalog film Village Roadshow, termasuk saham di waralaba The Matrix dan Ocean.

Tawaran yang menentukan harga dasar untuk aset tersebut, akan diuji dalam lelang. Tawaran pesaing, termasuk dari Warner Bros. Discovery dan firma investasi Content Partners, mungkin masih muncul sebelum batas waktu 16 Mei. Total ada hampir 100 judul film dan serial yang dimiliki oleh Village Roadshow, di antaranya adalah The Matrix, Deep Blue Sea, seri Ocean hingga I Am Legend.


(ass/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO