Penyesalan Penulis Power Rangers dan Isu Rasisme

Asep Syaifullah
|
detikPop
Cuplikan adegan dalam serial Mighty Morphin Power Rangers (1993).
Foto: Dok. Ist
Jakarta - Hampir setiap hari Minggu, anak-anak pada era 90-an menyaksikan series Power Rangers atau Mighty Morphin Power Rangers. Semuanya menikmati pertarungan demi pertarungan para Rangers dengan monster yang berusaha untuk mengacau di Bumi.

Kala itu sepertinya tak ada yang terganggu dengan penggambaran Rangers dan warna yang mewakili mereka, setidaknya hingga mulainya woke culture dan media sosial. Beragam sentimen negatif bermunculan dan paling parah adalah isu rasisme yang kental.

Head writer acara tersebut, Tony Oliver, buka suara dalam tayangan Investigation Discovery bertajuk Hollywood Demons. Dilansir dari Entertainment Weekly, ia mengakui meng-casting aktor kulit hitam untuk menjadi Ranger Hitam dan aktor Asia untuk Ranger Kuning adalah sebuah kesalahan.

Pada dokumenter itu ia menjelaskan, tak ada sama sekali yang berpikir soal stereotypes tersebut kala melakukan casting para aktor hingga dua musim berjalan. Hingga akhirnya dalam sebuah meeting, asistennya mulai mengemukakan hal tersebut.

Cuplikan adegan dalam serial Mighty Morphin Power Rangers (1993).Cuplikan adegan dalam serial Mighty Morphin Power Rangers (1993). Foto: Dok. Ist

Lalu apa sebenarnya visi yang ditampilkan dari Ranger Hitam dan Kuning versi dirinya? Ia menjabarkan, bahwa Ranger Hitam adalah sosok yang paling swag di dalam grup tersebut. Sementara Ranger Kuning, menjadi karakter yang paling tenang dan berempati serta memiliki hati nurani paling sensitif di antara semuanya.

Tony kembali menceritakan bahwa awalnya Ranger Kuning akan diperankan oleh Audri Dubois, sayangnya ada perselisihan soal bayaran sehingga memutuskan untuk mundur dan digantikan oleh Thuy Trang.

Salah satu kreator Mighty Morphin Power Rangers, Shuki Levy sebelumnya mengatakan dalam wawancaranya bersama Complex bahwa pemilihan Walter Emanuel Jones (Ranger Hitam) dan Trang sama sekali tidak disengaja.

"Saat itu, Haim (Saban) dan saya masih baru di negara ini. Kami tidak tumbuh di lingkungan yang sama dengan yang ada di Amerika dalam hal warna kulit. Kami tumbuh di Israel, di mana menjadi orang kulit hitam sama seperti menjadi orang kulit berwarna lainnya. Itu bukan sesuatu yang selalu kami bicarakan. Itu bukan masalah besar."


(ass/wes)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO