Sisi Problematik Wonder Woman

Salah satu penulis Wonder Woman yang paling ikonik punya memiliki beberapa pemikiran tentang si pahlawan super. Termasuk pertanyaan soal 'masalah apa sih sebenarnya yang harus dia hadapi?'.
Tidak diragukan lagi bahwa Diana adalah pahlawan yang luar biasa, tetapi ada sesuatu tentang dirinya yang menantang para kreator dengan cara yang tidak dilakukan oleh pahlawan lainnya.
Wonder Woman, salah satu pilar DC Universe, punya memiliki banyak cerita menakjubkan sebagai pahlawan. Termasuk soal tekad dan belas kasihnya.
Namun, bahkan para penulis komik profesional yang berpengalaman mengakui kesulitan dalam penulisan karakter Diana. Sulit untuk para penulis mengutarakan pendapat mereka soal masalah utama dalam kehidupan si pahlawan.
Dilansir dari ScreenRant, Shelley Smarz dari Comic Book Daily berkesempatan untuk berbicara dengan Greg Rucka di Hobbystar Comicon Fan Appreciation Event.
Rucka membahas pengalamannya menulis karakter wanita kuat itu. Dia mengungkap rahasianya adalah menulis Wonder Woman sebagai seorang individu/manusia alih-alih membuat mereka menjadi karakter komik.
![]() |
Rucka mengungkapkan karyanya dalam arti yang lebih luas, sebelum akhirnya ditanya tentang bagaimana nasib Wonder Woman sekarang. Katanya, karena sudah tidak lagi menulis cerita Diana, dia pun nggak perlu tahu masa depan Wonder Woman.
Rucka juga mengakui bahwa Wonder Woman bukanlah karakter yang mudah. Selama proses penulisan cerita, dia juga menghadapi perjuangan berat karena ada harapan agar serialnya bisa sebagus Batman atau Superman.
Ia juga mencatat bahwa Diana menghadapi banyak prasangka, yang berarti ia mengambil arah yang lebih eksperimental daripada karakter DC lainnya untuk menyamai jumlah serial pahlawan lainnya.
Smarz dalam wawancaranya membahas soal tugas mata-mata Wonder Woman yang kontroversial di tahun 70-an. Hal ini disoroti Rucka sebagai sebuah masalah yang lebih besar dari karakter tersebut.
Menurut pendapat Rucka, kelemahan Diana adalah karena dia berakar pada gerakan feminis, serta secara inheren merupakan karakter politik. Ini membuatnya sulit diterima oleh entitas korporat (bahkan sampai menyebut Wonder Woman benar-benar bermasalah dari sudut pandang DC/Warner Bros.).
![]() |
Dia juga nggak menampik semua orang mengakui ada masalah dengan Wonder Woman, tetapi setiap orang memiliki gagasan berbeda tentang apa masalah itu.
Rucka mencatat bahwa kreator melakukan pendekatan ala Superman perempuan buat wonder Woman, karena upaya untuk merangkul akar politiknya yang lebih banyak menemui penolakan. Sementara mereka yang familier dengan latar belakang Wonder Woman tahu bahwa akar Zaman Keemasannya memang dimaksudkan untuk menantang konvensi masyarakat.
Baca juga: Gal Gadot Kaget Diprotes Gegara Bela Israel |
Karakter ini sendiri Ia diciptakan oleh Harry G. Peter dan William Moulton Marston (yang terinspirasi dari istrinya, Elizabeth Marston). Marston, seorang mantan psikolog, ingin menciptakan pahlawan yang mewujudkan cita-cita wanita modern yang terbebaskan yang dapat mengubah dunia dengan cinta daripada kekerasan.
Marston juga percaya bahwa ia dapat menggunakan komik Wonder Woman sebagai bentuk propaganda yang dapat memperkenalkan konsep-konsep seperti feminisme serta dominasi dan ketundukan kepada khalayak yang lebih luas.
Petualangan Wonder Woman awal sangat bercorak queer dan sering menampilkan materi yang dianggap kontroversial pada saat itu (yaitu adegan perbudakan dan disiplin).
Namun, ceritanya yang terus terang sukses dari awal. Komik-komik edisi awal Wonder Woman bahkan berhasil mengalahkan penjualan Superman dan Batman.
Baca juga: Batman Jadi Pengalaman Terburuk Ben Affleck |