The Monkey: Monyet Pembawa Sial
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sinopsis:
Mengadaptasi cerita pendek dari maestro horor Stephen King, Perkins bertanya kepada penonton: bisakah kamu menertawakan kematian?
Hal dan Bill kecil (keduanya diperankan oleh Christian Convery) tidak mengenal ayah mereka. Banyak benda dari ayah mereka yang "diwariskan" kepada mereka tapi hanya satu yang menarik perhatian: mainan berbentuk monyet yang memegang drum.
Bill memutar kunci yang ada di belakang monyet itu. Tidak ada yang terjadi sampai mereka pergi makan ke restoran hibachi bersama nanny mereka. Bill tahu bahwa si monyet itulah yang menyebabkan "kejadian itu" (saya tidak akan tega mendeskripsikan kecelakaan itu di sini), tapi ia belum mendapatkan buktinya sampai kecelakaan berikutnya terjadi.
Hal dan Bill akhirnya tumbuh dengan pengetahuan yang sama: si monyet itu pembawa sial. Maka ia harus disembunyikan, jangan sampai ada bencana lagi.
Dengan masa lalu yang tragis, Hal (Theo James) tumbuh menjadi pecundang. Pekerjaannya menggelikan dan hubungannya dengan ibu dari anaknya hampir tidak ada.
![]() |
Kalau ini bukan saat-saat terakhir ia berinteraksi dengan anaknya, Petey (Colin O'Brien), ia pasti akan menghabiskan waktunya menjadi kasir sebuah toko. Kemudian mendadak satu per satu tetangga dari rumahnya dulu meninggal dunia dengan tidak wajar. Hanya satu jawabannya: monyet itu muncul lagi.
Review:
Dengan Longlegs, Osgood Perkins membuktikan bahwa ia bisa membuat horor atmosferik. Beberapa dari penonton film tersebut (termasuk saya), mungkin kurang begitu menikmati babak ketiganya yang sama sekali tidak menjelaskan apapun soal unsur supernatural yang ada di dalamnya.
Tapi semua yang menonton Longlegs setuju bahwa Perkins tahu bagaimana cara membuat nuansa angker. Bagaimana ia menempatkan kamera, caranya mewarnai dunia, bagaimana ia mengatur tensi.
![]() |
Perkins bisa melakukannya dengan mata tertutup. Kali ini Perkins mencoba peruntungannya dengan metode yang berbeda.
Bayangkan Final Destination dengan bumbu komedi yang sakit, maka kamu bisa membayangkan seperti apa The Monkey ini. Dari pembukaannya yang melibatkan cameo dari Adam Scott, Perkins memperkenalkan dengan jelas seperti apa mood film ini.
Cara Perkins menghabisi karakter-karakternya mungkin tidak sedetail atau sekompleks Final Destination tapi efeknya tetap sama tegangnya. Dengan cara yang sangat cepat dan tidak manusiawi itu justru film ini menunjukkan seperti apa selera humornya.
Secara plot, The Monkey tidak berusaha untuk terlihat kompleks seperti Longlegs. Satu-satunya hal revolusioner yang dilakukan film ini adalah pergantian point-of-view di pertengahan film.
Selain itu, semuanya berjalan dengan mulus. Satu hal yang pasti: Perkins tahu benar bagaimana caranya menertawakan semua hal. Bahkan dengan masa lalu yang suram, The Monkey masih mempunyai waktu untuk menunjukkan bahwa berdansa adalah kegiatan yang baik dilakukan setelah menghadiri pemakaman.
Seperti yang ditunjukkan di hampir semua materi promosinya, daya tarik utama The Monkey adalah cara kreatif Perkins menghabisi karakter-karakternya. Tagline di posternya saja tertulis "Everybody dies and that's messed up". Bagi pecinta darah dan gore, film ini akan memuaskan dahagamu.
Berbagai cara mati paling menyakitkan ada di film ini. Sebut saja: tertembak, kesetrum, kebakaran, kesandung, kemasukan lebah, ketusuk, kepotong, meledak, ketiban. Semuanya ada dalam The Monkey.
Tidak cukup dengan Perkins mewarnai skripnya dengan dialog-dialog yang kering, ia juga menghadirkan semua adegan kematian tersebut dengan cara paling over-the-top yang pernah ada. Susah untuk tidak tertawa menyaksikan rangkaian mimpi buruk yang digambarkan Perkins dalam film ini.
![]() |
Theo James di atas kertas sepertinya bukan aktor yang paling cocok untuk menggambarkan seorang pecundang. Bentuk fisiknya yang sempurna dan wajahnya yang seperti dipahat oleh seniman patung terhebat di Yunani akan membuat penonton susah untuk bersimpati.
Tapi ia membuktikan bahwa ia mempunyai kemampuan akting yang mumpuni untuk tidak hanya memerankan Hal yang menyedihkan tapi juga Bill yang meledak-ledak.
The Monkey mungkin tidak memanfaatkan kegilaannya untuk memberikan konklusi yang lebih berdarah dari yang ada di layar, tapi setidaknya ia tahu diri.
Hanya dengan 98 menit, film ini berhasil mengajak penonton berkenalan dengan Hal dan Bill dari mereka kecil sampai mereka dewasa. Dan semua itu diwarnai dengan banjir darah segar yang menyenangkan.
Kalau kamu mempunyai selera humor yang agak aneh dan punya rasa senang menyaksikan orang-orang mati, The Monkey adalah film yang sempurna untuk menjadi takjil sebelum buka puasa.
Genre | Dark Comedy, Horor |
Runtime | 1h 38m |
Release Date | 5 Maret 2025 |
Production Co. | NEON |
Director | Osgood Perkins |
Writer | Osgood Perkins dan Stephen King |
Cast | Oz Perkins sebagai Chip Zimmer Theo James sebagai Hal Tatiana Maslany sebagai Lois Shelburn Rohan Campbell sebagai Ricky Elijah Wood sebagai Ted Hammerman Sarah Levy sebagai Ida Adam Scott sebagai Petey Shelburn Sr. Laura Mennell sebagai Petey |