Ryan Reynolds Ungkap Adegan Paling Sulit di Deadpool & Wolverine

Pembahasan soal film itu pun tak pernah usai, salah satunya adalah buka-bukaan Ryan Reynolds yang juga terlibat dalam penulisan naskahnya. Dalam wawancaranya bersama IndieWire ia menyebutkan adegan yang paling sulit dan menakutkan untuk ditulis, yakni adegan Wolverine. Khususnya ceramah cukup panjang yang dilakukan Hugh Jackman untuk menyadarkan lawan mainnya itu.
"Hugh mengambil monolog itu dan melahapnya. Dia mengunyahnya, menelannya, dan mengantarkannya untuk kita...dan pada akhirnya, ada arahan panggung di bagian bawah yang secara singkat mengatakan setelah dia menyelesaikan seluruh pidatonya, 'secercah penyesalan melintasi muridnya.' Dan Hugh, dalam adegan itu, jika kau menontonnya, ada sedikit perasaan "Saya bertindak terlalu jauh," dan jika kau mengedipkan mata, kau akan melewatkannya. Saya merinding bahkan memikirkannya, karena itu adalah seorang aktor yang sangat selaras dengan instrumennya dan dirinya sendiri," kenangnya.
Baca juga: Sehebat Apa Film The Brutalist? |
Sutradara film tersebut, Shawn Levy, juga menjelaskan bagaimana para penulis mencapai versi final dari monolog dilakukan mereka di dalam Honda Odyssey.
"Kami baru saja membuat (banyak) versi, versi, versi, dan kami menghabiskan waktu berjam-jam hingga terasa seperti Logan, tapi juga mengungkapkan dimensi dan suara yang belum pernah kita dengar darinya."
Ryan Reynolds lebih jauh memperjelas pendekatannya dalam menulis Logan, yang dia gambarkan sebagai "sangat Clint Eastwood". Dia menjelaskan bahwa Wolverine adalah tipe karakter yang "less is more".
Selain itu, Reynolds mengungkap bagaimana perjuangannya dalam menulis Logan membantu para penulis mencapai motifnya mengenakan setelan kuning ikoniknya.
"Jadi ini semua adalah masalah yang harus kau selesaikan berulang kali. Ketika hal pertama yang kami katakan kepada Hugh, "Kamu sudah mendapatkannya, kamu harus mengenakan setelan kuning." Dan kita harus menunggu. Kami tidak bisa memasukkanmu ke dalamnya begitu saja. Mereka akan bertepuk tangan saat melihatnya. Mereka akan menyukainya. Tapi kita harus mencari tahu mengapa kau memakainya," ujarnya.
"Pasti ada alasannya. Dan hal lainnya adalah bahwa karakter tersebut, setidaknya secara tradisional, dari buku komik inti, adalah seorang pria yang tidak dapat mengendalikan amarahnya. Dia memiliki kemarahan yang mengamuk. Dia tidak hanya membunuh orang jahat. Saat dia masuk ke kondisi itu, dia juga membunuh orang baik. Dan itu seperti penyakit baginya. Setelannya, kami tulis sebagai baju rambut, atau penebusan dosa, atau benda yang dia bawa karena rasa malu," pungkasnya.
(ass/dar)