Ramai-ramai Eksplorasi Erotisme

Tapi sebagian besar film yang diputar di sana adalah karya-karya dari orang Amerika. Gara-gara itu juga pemerintah terlibat dalam industri film. Giuseppe Volpi, Luciano de Feo, dan Antonio Maraini akhirnya bikin Venice Film Festival pada 1932.
Volpi lalu diangkat jadi Presiden Venice Biennale. Dia juga dikenal sebagai fasis fanatik yang pernah jadi menteri keuangan Benito Mussolini.
Tahun ini, Venice Film Festival digelar untuk ke-81 kalinya. Berbagai eksplorasi dipertontonkan oleh para sineas dengan berbagai gaya. Khusus tahun ini, catatan yang paling mencolok adalah kembalinya Venice kepada sisi seksinya.
Meski ada banyak film panas dan berat di layar, seks yang ditampilkan dari festival kali ini berbeda sama film-film erotis beberapa dekade terakhir. Tujuannya bukan mau kayak era 70-an yang niatnya mau mengejutkan penonton konservatif dengan mendobrak hal-hal tabu.
Bukan juga kayak era 80 dan 90-an, di mana ada perpaduan antara rangsangan sensual dan ancaman seksual. Kayak film-film Dressed to Kill, Basic Instinct, sampai Fatal Attraction. Mereka bilangnya, tujuan dari film panas ini lebih terapeutik, atau sesuatu yang berkaitan dengan terapi.
Film Babygirl garapan Halina Reijn mencapai klimaks, dengan bintang Nicole Kidman, memerankan seorang manajer teknologi yang menemukan kehidupannya.
Babygirl menggoda dengan unsur-unsur thriller erotis era 90-an. Reijn mengambil alur cerita Fatal Attraction yang ngasih sentuhan feminis terhadap seks. Hasilnya adalah film thriller erotis buat seluruh keluarga.
Ada juga serial Disclaimer yang dibuat oleh Alfonso Cuaron. Meskipun banyak adegan panas, salah satunya melibatkan Leila George yang merayu seorang mahasiswa, Louis Partridge di sebuah resor pantai Italia, tujuannya bukan sekadar gairah.
Cuaron memanfaatkan kiasan erotis yang mungkin diharapkan pada awalnya, tapi gak terungkap hingga episode terakhir dari seri tujuh bagian.
Film Queer merupakan karya Luca Guadagnino, sutradara yang punya misi tunggal buat mengembalikan sinema seksi. Film itu dibintangi Daniel Craig sebagai ekspatriat Amerika pecandu narkoba di Meksiko, sekitar 1950. Dia mulai terobsesi dan mengejar seorang pelaut angkatan laut muda yang diperankan Drew Starkey.
Baca juga: Indonesia Berjaya di Festival Film |
Ada juga film karya tuan rumah, Diva Futura yang digarap oleh Giulia Louise Steigerwalt. Dia mengeksplorasi studio porno legendaris Italia yang dibuat oleh Riccardo Schicchi, yang meluncurkan karier bintang kayak Cicciolina, Moana Pozzi, dan Eva Henger.
Norwegia mengirim Dag Johan Haugerud sebagai wakil yang melahirkan Love. Ini merupakan film kedua dalam trilogi Sex/Love/Dreams, yang merupakan eksplorasi eksplisit secara verbal. Film ini penuh dengan pembicaraan tentang seks, bahkan para tokohnya menghabiskan hampir seluruh waktu mereka buat berdiskusi, secara intim, sering kali secara medis.
(nu2/nu2)